TRIBUNNEWS.COM, FRANKFURT - Kanselir Jerman, Angela Merkel mendesak COVAX memulai pembicaraan segera dengan produsen vaksin Covid-19.
COVAX adalah skema pembiayaan untuk menjamin ketersediaan akses vaksin Covid-19 yang cepat, adil, dan setimpal ke negara-negara yang lebih miskin di dunia.
"Saya khawatir tidak ada negosiasi," kata Merkel kepada wartawan pada Minggu (22/11/2020) setelah KTT G20.
Pada KTT G20 para pemimpin dari 20 ekonomi terbesar dunia berjanji akan mendanai upaya untuk memasok obat-obatan, tes, dan vaksin Covid-19 ke dunia dengan terjangkau dan adil.
Baca juga: Presiden Jokowi Minta Simulasi Terus Dilakukan Jelang Vaksinasi Covid-19
Merkel mengatakan, tidak seperti COVAX, banyak negara diantaranya di Uni Eropa dan Amerika Serikat sudah berlomba-lomba mengamankan ketersediaan vaksin Covid-19.
"Yang paling penting adalah COVAX bernegosiasi dengan produsen vaksin potensial dengan uang yang dimiliki," kata Merkel.
Puluhan negara telah mendaftar bergabung ke dalam COVAX, yang dibentuk oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan kelompok vaksin GAVI untuk menyediakan dosis vaksin untuk negara-negara yang tidak mampu membelinya.
Sejauh ini telah mengumpulkan 5 miliar dolar AS, termasuk lebih dari 500 juta euro (600 juta dolar AS) dari Jerman.
WHO: 184 Begara Bergabung Dalam Progam Vaksin Covid-19
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan 184 negara telah bergabung dengan fasilitas COVAX.
Program ini bertujuan untuk membiayai vaksin Covid-19 untuk didistribusikan secara adil ke negara-negara kaya dan miskin.
"Berbagi vaksin secara merata adalah cara tercepat untuk melindungi masyarakat berisiko tinggi, menstabilkan sistem kesehatan dan mendorong pemulihan ekonomi global yang benar-benar," kata Tedros kepada media dalam sebuah konferensi pers di Jenewa, seperti dilansir Reuters, Selasa (20/10/2020).
Ekuador dan Uruguay adalah negara yang paling baru bergabung.
Sebelum ini China bergabung dalan fasilitas COVAX.