TRIBUNNEWS.COM, ISTANBUL– Seorang penembak jitu Iran pekan lalu mendokumentasikan kehadiran Presiden Azerbaijan dan istrinya di wilayah Karabakh, yang baru saja diserahkan pasukan Armenia.
Dari jarak jauh lewat kamera teropong sang penembak jitu, Ilham Aliyev dan istrinya, Mehriban Aliyeva yang mengenakan seragam militer, terlihat berfoto ria.
Para pengawal menjaga keduanya dari jarak cukup dekat. Sejumlah kendaraan rombongan kepresidenan terparkir tak jauh dari mereka.
Mehriban Aliyeva yang terlihat modis dalam balutan seragam loreng dan sepatu boot serta bertopi, memotret permukiman penduduk yang porakporanda.
Baca juga: 6 Minggu Perang, Armenia, Azerbaijan & Rusia Sepakat Damai dan Akhiri Konflik Nagarno-Karabakh
Baca juga: Drone Tempur Israel dan Turki Tunjukkan Dominasi di Perang Nagorno-Karabakh
Situs DailySabah.com pada 19 November 2020 menyebutkan, Ilham Aliyev dan istrinya yang juga Wakil Presiden Azerbaijan, mengunjungi jembatan kuno Khudaferin, di kota Jabrayil, dekat perbatasan Iran.
Foto-foto itu mengundang kritik dari pihak Azerbaijan, karena dinilai sensitif dari sisi keamanan. Sementara orang-orang Armenia berkomentar, seharusnya si penembak jitu menembak pasangan itu.
Tentara Azerbaijan membebaskan pusat kota Jabrayil dan beberapa desa dari pendudukan Armenia pada pertengahan Oktober 2020.
Hari itu, Senin (18/11/2020), Aliyev dan istrinya mengunjungi daerah-daerah yang dibebaskan setelah hampir tiga dekade di bawah pendudukan pasukan Armenia.
Lebih dari 1.000 orang dilaporkan tewas dalam pertempuran enam minggu antara Azerbaijan dan tetangganya Armenia di wilayah Nagorno-Karabakh.
Hubungan antara bekas republik Soviet Azerbaijan dan Armenia memburuk sejak 1991 ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh.
Wilayah ini dianggap bagian tak terpisahkan dari Azerbaijan sejak lama, termasuk tujuh wilayah berdekatan di kawasan strategis dan kaya minyak itu.
Baku tembak pertama meletus 27 September 2020. Rusia mengupayakan gencatan senjata, namun tidak pernah efektif. Kedua pihak saling melakukanpelanggaran.
Azerbaijan yang didukung Turki secara politik maupun militer, bersikeras menggunakan cara militer untuk menyelesaikan konflik Nagorno-Karabakh, yang mayoritas dihuni etnis Armenia.
Pada 10 November, Armenia dan Azerbaijan akhirnya menandatangani perjanjian yang ditengahi Rusia, guna mengakhiri konflik secara komprehensif.