Kamis lalu, merupakan kali pertama Trump mau menjawab pertanyaan dari pers sejak pemilihan berlangsung.
Sejak media memproyeksikan kemenangan Joe Biden, Trump terus menyangkal kekalahannya.
Bahkan dia mendorong klaim-klaim konspirasi penipuan pemilu tanpa dasar.
Menurutnya masa jabatan keduanya 'dicuri' berujung upaya hukum untuk membatalkan hasil perhitungan suara.
Baca juga: Donald Trump Akui Siap Tinggalkan Gedung Putih, tapi Tetap Tak Mau Terima Kekalahan
Baca juga: Presiden China Xi Jinping Akhirnya Beri Selamat pada Joe Biden sebagai Presiden Terpilih AS
Hal ini ditanggapi jubir kampanye Biden Andrew Bates yang mengatakan pemerintah AS sangat mampu mengawal penyusup keluar dari Gedung Putih, dalam pernyataannya awal November ini.
Hingga saat ini, tuntutan hukum kampanye Trump telah berulang kali diberhentikan atau dibatalkan.
Sementara itu awal pekan ini, Administrasi Layanan Umum (GSA) memberi tahu Biden bahwa pemerintahan Trump siap untuk memulai proses transisi formal.
Surat GSA menandai langkah pertama pemerintah untuk mengakui kekalahan Trump.
"Kasus kami SANGAT berlanjut, kami akan terus berjuang dengan baik, dan saya yakin kami akan menang!" kata Trump beberapa saat setelah kabar mengenai surat GSA dirilis media.
Dilansir Reuters, kandidat presiden AS bisa memenangkan kursi kepresidenan dengan minimal mengantongi 270 suara elektoral.
Biden memenangkan pemilihan dengan 306 suara Electoral College, melebihi standar 270 suara yang dibutukan.
Di sisi lain Trump hanya memiliki 232 suara elektoral.
Para pemilih dijadwalkan akan bertemu pada 14 Desember nanti untuk meresmikan hasil pemilu.
Biden juga memimpin Trump dengan lebih dari 6 juta dalam penghitungan suara populer.