Zarif bahkan menyerukan kepada dunia untuk 'mengutuk tindakan teror' yang diduga dilakukan Israel.
Sementara pejabat lainnya mengancam akan melakukan balas dendam.
Namun Iran belum memberikan bukti secara langsung kepada dunia tentang tuduhan mereka terhadap Israel.
Fakhrizadeh merupakan pejabat tingkat tinggi kedua Iran yang terbunuh pada 2020.
Sebelumnya, pada Januari lalu, Komandan Pasukan Pengawal Revolusi Quds Qasem Soleimani dibunuh dalam serangan pesawat tak berawak AS di Baghdad, Irak, selama momen kunjungannya untuk meredakan ketegangan antara Iran dan Arab Saudi.
Iran menanggapi pembunuhan Soleimani dengan serangan balasan yakni meluncurkan lebih dari selusin rudal balistik di dua pangkalan AS di Irak.
Serangan balasan Iran ini pun menyebabkan lebih dari 100 tentara AS mengalami cedera otak traumatis.
Dituding membunuh Fakhrizadeh, pejabat Israel belum memberikan tanggapan secara terbuka.
Namun, pada hari Sabtu lalu, seorang pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa dunia harus 'berterima kasih kepada Israel' karena telah melenyapkan Ilmuwan itu.
Hal itu karena Fakhrizadeh dianggap menimbulkan 'ancaman' bagi komunitas internasional melalui 'karyanya' mengacu pada program nuklir Iran.
Iran pun telah berulang kali menampik klaim AS dan Israel tentang dugaan aktivitas terkait senjata nuklir.
Negara di Timur Tengah itu menegaskan program nuklirnya benar-benar bersifat sipil.
Iran bahkan mengkritik AS dan Israel karena mencoba memberikan 'kuliah' kepada Iran tentang non-proliferasi nuklir, sementara mereka sendiri memiliki senjata nuklir, bahkan menggunakannya.
Hingga kini, Badan Energi Atom Internasional tidak menemukan satupun bukti yang dapat diyakini berkaitan dengan program senjata nuklir Iran.