News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ketegangan dengan Iran Meningkat, Trump Dikabarkan Tarik Puluhan Diplomatnya dari Irak

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden AS Donald Trump berbicara kepada wartawan setelah berpartisipasi dalam telekonferensi Thanksgiving dengan anggota Militer Amerika Serikat, di Gedung Putih di Washington, DC, pada 26 November 2020.

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dikabarkan menarik separuh dari diplomat Amerika dari Kedutaan besar (Kedubes) AS di Baghdad, Irak.

Hal ini disebut dipicu ketegangan hubungan dengan Iran yang terus meningkat menjelang peringatan tahun pertama pembunuhan Jenderal Tertinggi sekaligus Kepala Pasukan Quds Iran's Islamic Revolutionary Guard Corps (IRGC) Qassem Soleimani yang tewas akibat serangan drone AS pada 3 Januari 2020.

Baca juga: Pejabat AS Sebut Israel di Balik Pembunuhan Ilmuwan Iran Mohsen Fakhrizadeh

Baca juga: Iran Bantah Perwira IRGC Tewas di Irak, Sebut Kabar Itu Berita Palsu

Seperti yang dilaporkan media Politico pada Rabu kemarin, mengutip pernyataan seorang pejabat AS.

Pejabat tersebut memang mengatakan bahwa 'lusinan' staf di Kedubes AS dan fasilitas diplomatik lainnya di Irak akan ditarik dari negara Timur Tengah itu.

Namun pejabat di Departemen Luar Negeri AS tidak memberikan rincian apapun, selain mengkonfirmasi bahwa sebagian staf mereka akan meninggalkan Irak.

Dikutip dari laman Sputnik News, Kamis (3/12/2020), pengurangan staf ini seharusnya bersifat sementara, namun karena meningkatnya ketegangan hubungan antara AS dan Iran, membuat pemerintah AS tidak bisa memastikan kapan diplomat mereka akan kembali ke Kedutaan AS di Baghdad.

Perlu diketahui, Irak kerap menjadi medan pertempuran antara AS dan Iran.

Setelah kematian Soleimani, Iran membalas serangan ke negara adi daya itu dengan meluncurkan rudal ke pasukan AS yang ditempatkan di Irak.

Serangan balasan ini dilaporkan menyebabkan puluhan tentara AS menderita cedera otak.

Ketegangan antara AS dan Iran semakin memanas pasca terjadinya pembunuhan terhadap Ilmuwan nuklir terkemuka Iran Mohsen Fakhrizadeh pada Jumat lalu.

Fakhrizadeh selama ini diketahui membantu memimpin program nuklir negara itu.

Ilmuwan nuklir papan atas ini dilaporkan terbunuh setelah tertembak senapan yang dikendalikan dari jarak jauh di timur Teheran, Iran.

Badan Keamanan Nasional Tertinggi Iran pun menegaskan bahwa agen mata-mata Israel Mossad dan Organisasi Mujahidin Rakyat, sebuah organisasi militan politik Iran yang dilarang di negara itu, telah terlibat dalam pembunuhan tersebut.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini