Dukungan Belanda terhadap kelompok bersenjata di Suriah dimulai Menteri Luar Negeri Bert Koenders. Dia menurut Veek sangat menyadari apa yang dilakukan.
Amnesty International (AI) secara pribadi telah memberitahunya tentang kejahatan Jabhat al-Shamiya, termasuk penyiksaan, penculikan, eksekusi cepat dan eksekusi untuk mereka yang dianggap murtad.
Mereka telah memintanya untuk menggunakan pengaruhnya untuk meminta negara-negara yang mendukung Jabhat al-Shamiya untuk segera menghentikan bantuan.
Tapi setahun kemudian, pada 2017, Bert Koenders malah mulai mengeksekusi bantuan logistik kepada kelompok ini.
Setelah partainya PvdA kalah dalam pemilihan, Koenders tak lagi menduduki kursi menteri. Universitas Leiden menunjuknya sebagai profesor Perdamaian, Keadilan dan Keamanan.
Bagi Beek, penugasan itu tidak masuk akal dan tidak dapat diterima. Secara etika, seseorang yang mendukung teroris mestinya tidak boleh mengajar di universitas.
Oleh karena itu, bersama dengan seorang wanita Suriah-Belanda, Hanan Shamoun, Beek membagikan petisi kepada fakultas Tata Kelola dan Urusan Global Universitas Leiden.
Mereka meminta universitas mencopot Koenders dari kursinya. Fakultas membutuhkan delapan bulan untuk mengirimkan balasan kepada mereka.
"Tuan Koenders diangkat sesuai kebijakan pengangkatan Universitas Leiden," kata Prof Erwin Muller, deakn fakultas tersebut menjawab petisi Beek dan Shamoun.
"Kami menyesal Anda keberatan dengan penunjukan Tuan Koenders, tetapi kami tidak melihat alasan untuk meninjau ini," imbuhnya.(Tribunnews.com/Sputniknews/xna)