TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Senat Amerika Serikat akhirnya mendukung penjualan besar-besaran persenjataan canggih produk AS ke Uni Emirat Arab.
Penjualan senilai US $ 23 miliar itu dalam bentuk jet tempur tercanggih F-35 dan drone Reaper. Jika pengiriman mulus, Emirat akan jadi negara Arab pertama yang menguasai jet tempur F-35.
Israel satu-satunya negara di Timur Tengah yang sudah mengoperasikan jet tempur terbaru berharga triliunan rupiah ini per unitnya ini.
Jet F-35 dianggap pesawat tempur termahal di dunia saat ini. Turki semula sudah mencapai kesepakatan dengan AS, namun Washington batal mengirimkan armada pesanan Turki.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengancam akan memveto upaya kongres yang akan memblokir penjualan senjata tersebut.
Transaksi ini diyakini bagian mediasi pemerintahan Trump yang menghasilkan keputusan politik normalisasi hubungan UEA dan Israel di bawah "Abraham Accords".
Baca juga: AS Siap Jual Jet Tempur F-35 ke UEA, Pentagon Janjikan Ini ke Israel
Dua pemungutan suara prosedural gagal mendapatkan mayoritas dari 100 anggota Senat, yang secara efektif menghentikan upaya untuk memblokir penjualan jet tempur F-35 canggih dan drone Reaper.
Pemimpin Senat Partai Republik Mitch McConnell mengatakan resolusi yang berusaha memblokir penjualan senjata jauh dari dukungan dua pertiga yang akan dibutuhkan untuk mengatasi veto presiden.
Para pendukung penjualan senjata ke Emirat menggambarkan UEA kini adalah mitra penting AS di Timur Tengah.
Para penentang mengkritik UEA karena keterlibatannya dalam perang di Yaman, konflik yang digambarkan PBB sebagai bencana kemanusiaan terburuk di dunia.
Para penentang mengkhawatirkan UEA akan menggunakan jet tempur F-35 dan drone Reaper untuk meningkatkan gempurannya ke Yaman.
Pemerintahan Trump mengatakan kepada Kongres pada 10 November 2020, mereka telah menyetujui penjualan senjata yang dibuat General Atomics, Lockheed Martin Corp dan Raytheon Technologies Corp. ke UEA.
Kesepakatan itu mencakup F-35, jet tempur paling canggih di dunia; lebih dari 14.000 bom dan amunisi; dan penjualan terbesar drone AS ke satu negara.
Gedung Putih mengatakan penjualan secara langsung mendukung kebijakan luar negeri AS dan tujuan keamanan nasional.