News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cerita Lain Jurnalis Investigatif di Balik Isu China Sedang Bentuk Tentara Super

Editor: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

FILE - Parade tentara China di acara tahunan peringatan kemerdekaan negara itu di Beijing.

TRIBUNNEWS.COM, LONDON – Beberapa waktu lalu, berbagai media mewartakan klaim media AS yang menyebut China sedang membangun tentara super.

Laporan yang pertama kali ditulis Ken Dilanian dipublikasikan jaringan berita MSNBC, dikutip berbagai media besar di Eropa dan Asia.  

Menurut Daily Star, Jumat (4/12/20), Direktur Intelijen AS John Ratclife,mengklaim China menggunakan teknik penyuntingan gen yang dilarang.

Seorang tentara super spesialis penembak tepat, setelah rekayasa ini diklaim mampu menembak dari jarak dua kali lipat yang bisa dilakukan manusia biasa.

Tom Secker, seorang jurnalis investigasi yang berbasis di Inggris, penulis dan podcaster, menelusuri riwayat pemberitaan ini. Ia menemukan jalinan cerota dan latar belakang berbeda.

Laporan panjang Tom Secker dipublikasikan di laman RussiaToday.com, 12 Desember 2020. Karyanya juga bisa dibaca di situs Spy Culture dan podcast ClandesTime milik Secker.

Menurut Tom, laporan Ken Dilanian tentang upaya China menciptakan penembak jitu super merupakan unjuk kemampuan penetrasi intelijen dan media arus utama.

Pola ini menurutnya sudha berlangsung bertahun-tahun di Amerika. Dilanian jelas mendasarkan laporannya pada pernyataan John Ratcliffe dari opini di Wall Street Journal.

Ratcliffe mengemukakan, China adalah “Ancaman Keamanan Nasional Nomer 1." Dari situ Dilanian menyusun laporan, yang detailnya tidak muncul di opini Ratcliffe.

Faktor Kedekatan Media dan Dinas Rahasia AS

Lantas dari mana Ken Dilanian mendapatkan ide itu? Apakah laporannya dibentuk oleh kedekatannya dengan intelijen AS?

Pada 2014, Dilanian terendus oleh platform media Intercept memiliki hubungan dekat dengan kantor urusan publik CIA, yang membuatnya tidak diakui LA Times.

Investigasi Intercept, berdasarkan email CIA yang dirilis, menemukan Dilanian secara rutin mengirim artikelnya ke dinas rahasia itu untuk diperiksa sebelum dipublikasikan.

Tulisannya menjanjikan liputan positif, dan terkadang menulis ulang tulisannya atas perintah mereka (agensi).

Dalam satu email, dia memberi tahu mereka (agensi) sedang mengerjakan sebuah cerita tentang pengawasan Kongres atas pengeboman menggunakan drone.

Dia memasukkan dalam artikelnya klaim serangan pesawat tak berawak yang menewaskan pemimpin Al-Qaeda Abu Yahya al-Libi tidak menewaskan warga sipil.

Kenyataannya, laporan awal investigasi Amnesty International dan Biro Investigasi Jurnalisme, semuanya menunjukkan sebaliknya.

Pembunuhan Yahya Al-Libi menewaskan warga sipil dalam serangan awal, serta serangan lanjutan membunuh warga sipil lain dan pekerja penyelamat. Seberapa sering hal ini terjadi, dan berapa lama CIA terlibat di media berita Amerika?

Fakta Sejarah Hubungan Jurnalis dan CIA

Menurut Tom Secker, CIA menjalin hubungan kerja yang erat dengan tokoh-tokoh berita utama hampir sejak awal sejarah mereka berdiri.

Artikel Carl Bernstein 1977, CIA dan Media, menguraikan bagaimana lebih dari 400 jurnalis dan tokoh media telah bekerja sama dengan CIA selama beberapa dekade sebelumnya.

Mereka termasuk para eksekutif di CBS, ABC, NBC, Time, Newsweek, Reuters, dan New York Times. Dalam beberapa kasus, jurnalis digaji CIA.

Bernstein menjelaskan, di lapangan, jurnalis digunakan untuk membantu merekrut dan menangani orang asing sebagai agen, untuk memperoleh dan mengevaluasi informasi, dan untuk menanamkan informasi palsu dengan pejabat pemerintah asing.

Bernstein menjelaskan pada kesempatan lain, tugas mereka lebih kompleks: menanam potongan informasi yang salah, mengadakan pesta atau resepsi yang dirancang untuk mempertemukan agen Amerika dan mata-mata asing.

Juga menyajikan propaganda hitam kepada jurnalis asing terkemuka saat makan siang atau makan malam, menyediakan kamar hotel atau kantor biro mereka sebagai pintu pemindahan informasi sangat sensitif ke dan dari agen asing.

Bisa juga jadi sarana menyampaikan instruksi dan transfer dana ke anggota pemerintah asing yang dikendalikan CIA.

Hubungan ini meluas ke propaganda dan sensor domestik. Pada 1956, CIA mengetahui sebuah perusahaan New York bernama Flamingo Films berencana membuat serangkaian film dokumenter TV tentang Office of Strategic Services (OSS).

Ini organisasi pendahulu CIA. Menurut memo tingkat tinggi, agensi mengetahui tentang proyek Flamingo Films melalui Wakil Presiden CBS Larry Lowman, mantan orang OSS dan aset tidak resmi CIA.

CIA ingin tetap menutup operasi rahasia OSS yang lama, karena mayoritas stafnya telah bekerja di sana selama Perang Dunia II.

Ini melibatkan bantuan CBS, didirikan veteran OSS lain, William Paley, untuk mengembangkan serial dokumenter TV yang bersaing agar Flamingo Films terpental dari pasar.

Mengawasi Wartawan, Menggalang Wartawan  

Agensi juga melakukan pengawasan ilegal terhadap jurnalis yang menulis cerita kritis tentang CIA. Termasuk terhadap reporter investigasi terkenal Jack Anderson.

Wartawan ini menulis banyak cerita tentang upaya CIA untuk membunuh Fidel Castro, di antara aktivitas CIA yang berpotensi ilegal.

Dokumen 'Family Jewels' mencantumkan 18 masalah yang dibahas Direktur CIA William Colby dengan Wakil Jaksa Agung, Laurence Silberman, pada akhir 1974, termasuk, "Penyadapan dua kolumnis bersindikasi, Robert Allen dan Paul Scott.

Pengawasan fisik terhadap Jack Anderson dan rekan-rekannya, termasuk pembawa berita Fox News saat ini, Brit Hume, dan pengawasan fisik terhadap reporter Washington Post, Michael Getler.

CIA secara bersamaan membujuk jurnalis dan pemilik surat kabar untuk mencoba menghasilkan laporan yang lebih positif tentang agensi mereka.

Memo 1965 mengungkapkan upaya yang dilakukan selama beberapa tahun oleh Ray S Cline, yang saat itu menjabat sebagai wakil direktur intelijen, untuk membuat jurnalis AS membantu upaya CIA memulihkan kepercayaan terhadap mereka.

Ini termasuk kontak rutin dengan kolumnis bersindikasi Joseph Alsop dan saudaranya Stewart, seorang veteran OSS lainnya.

Memo tersebut mencantumkan 20 jurnalis dan penerbit surat kabar yang telah mendapatkan keuntungan dari sudut pandang Tuan Cline, dan merinci lusinan pertemuan dengan mereka selama bertahun-tahun.

Aset tidak resmi lainnya di media adalah mantan editor Bernstein di Washington Post, Ben Bradlee. Pada 1951, Bradlee mendapatkan pekerjaan menulis pertamanya sebagai atase pers di Kedutaan Besar AS di Paris.

Tahun berikutnya, ia bergabung dengan US Information and Education Exchange (kemudian USIA, US Information Agency), unit propaganda di dalam kedutaan yang bekerja sama dengan CIA.

Menurut memo Departemen Kehakiman yang muncul selama persidangan Rosenberg, dua orang Amerika dihukum karena memata-matai Soviet di awal 50-an.

“Bradlee mengumumkan propaganda Eropa yang diarahkan CIA yang mendesak eksekusi kontroversial mata-mata Amerika yang dihukum, Ethel dan Julius Rosenberg. ”

Pada 1957, setelah secara resmi meninggalkan dinas pemerintah dan sekarang bekerja untuk Newsweek, Bradlee mewawancarai anggota Front Pembebasan Nasional (FLN).

Ini pemberontak Aljazair yang angkat senjata melawan pemerintah Prancis Charles de Gaulle,  pemerintahan yang dengannya AS memiliki banyak perselisihan.

Menurut Deborah Davis, yang kemudian menulis biografi pemilik Washington Post Katharine Graham, wawancara Bradlee dengan FLN memiliki semua ciri operasi intelijen.

Setelah wawancara, Bradlee terpaksa meninggalkan Prancis. Basis data CREST CIA (CREST adalah singkatan dari CIA Records Search Tool) mencakup liputan media tentang pengusiran Bradlee, serta artikel yang dia tulis di Rosenbergs.

Ini juga mencakup sejumlah dokumen internal tentang Bradlee, dan surat-surat antara dia dan beberapa Direktur CIA dari masanya sebagai editor Washington Post.

Satu memo, dari 1961, kepada Allen Dulles, mencatat bagaimana Bradlee menjadi kepala biro di Newsweek, dan memberikan pembaruan pada sebuah cerita yang menampilkan profil Dulles dan menilai keefektifan agensi.

Implikasinya adalah Bradlee masih bekerja untuk CIA pada saat ini, dan memberikan update tentang perkembangan artikel tersebut.

Bertahun-tahun kemudian, tampaknya hubungan CIA-Bradlee masih utuh. Sebuah memo dari tahun 1977 kepada Direktur Stansfield Turner menyarankan CIA menggunakan Bradlee sebagai konsultan.

Ini dianggap bisa membantu agensi lebih memahami bagaimana informasi dibocorkan ke pers. Hubungan CIA-Bradlee tampaknya berlanjut hingga 1980-an.

Nicholas Schou mengulas hal itu lewat bukunya 'Spooked: How the CIA Manipulating the Media and Hoodwinks Hollywood'.

Kisah Kelompok Contra dan Manuver CIA

Pada 1982, Bob Woodward sedang menyelidiki sebuah cerita tentang CIA mempersenjatai dan melatih Contras,  sebuah organisasi teroris sayap kanan yang memerangi pemerintah Sandinista di Nikaragua.

Seperti yang dicatat oleh Schou, cerita ini tidak pernah diterbitkan karena Bradlee mengatasinya, mengatakan kepada Woodward, cerita itu hanya berita jika agensi melakukannya di belakang punggung Reagan.

Pada awal 1990-an, dokumen CIA mencatat bagaimana Kantor Urusan Publiknya memiliki hubungan dengan wartawan dari setiap layanan kawat utama, surat kabar, berita mingguan, dan jaringan televisi di negara ini.

Ini telah membantu kami mengubah beberapa kisah 'kegagalan intelijen' menjadi kisah 'kesuksesan intelijen'.  

Dalam banyak kasus, mereka (agensi) telah meyakinkan wartawan untuk menunda, mengubah, menahan, atau bahkan menghapus berita.

Dalam episode lain yang diceritakan Schou, Jeff Stein dari Newsweek telah mengarang cerita CIA, bukan intelijen Israel, seperti yang diduga secara luas, berada di balik pembunuhan pemimpin Hizbullah Imad Mugniyah pada 2008.

Baru-baru ini, sebuah dokumen CIA yang diberikan ke Tom Secker di bawah Undang-Undang Kebebasan Informasi, ada begitu banyak referensi para jurnalis yang diundang ke markas CIA di Langley dan tempat lain untuk pengarahan khusus.

Ini mencakup segalanya mulai dari masalah Boko Haram hingga keamanan nuklir hingga Rusia dan Libya. Di antara jurnalis yang diundang ke briefing Agustus 2014 tentang kebangkitan ISIL/ISIS dan jihad global adalah David Ignatius, Eli Lake, Barbara Starr, Mark Mazzetti dan Ken Dilanian.

Semua data itu bagi Tom Secker memicu pertanyaan tentang bagaimana harus menafsirkan artikel dan wawancara terbaru Dilanian tentang tentara super Tiongkok.

Apakah dia didorong agensi untuk mengejar aspek opini John Ratcliffe? Membantu menjaga isu di AS bahwa China tetap ancaman utama negara mereka?

Jika demikian, itu akan menjelaskan mengapa laporan Ken Dilanian gagal membandingkan program tentara super AS, termasuk aktivitas pengembangan biologis di Proyek Penelitian Lanjutan Pertahanan AS.

Dilanian mampu menyajikan versi penyebaran militer dari perkembangan teknologi transhuman yang sangat sepihak.

Mungkin yang lebih penting, hal itu hanya untuk menaikkan faktor ketakutan dan paranoia terhadap China di media AS.(Tribunnews.com/RussiaToday/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini