TRIBUNNEWS.COM - Kesehatan presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden (78) menjadi sorotan saat dirinya batuk dan berdehem beberapa kali saat menyampaikan pidato kemenangannya yang baru saja dikonfirmasi oleh electoral college.
Joe Biden menyampaikan pidatonya pada Senin (14/12/2020) malam waktu setempat atau Selasa pagi.
Beberapa penonton yang menyaksikan pidatonya menyoroti "interupsi" tersebut.
Biden kadang-kadang terdengar serak dan meminta maaf setelah beberapa kali batuk kecil atau berdehem.
Jurnalis Newsmax Benny Johnson mengunggah potongan video saat Joe Biden berdehem selama pidatonya.
"Berapa kali Joe Biden berdehem?" tulisnya.
"Ya ampun, tolong seseorang beri dia segelas air," tulis aktivis dan pembuat film Michael Moore.
"Joe Biden mengalami kesulitan menyampaikan pidatonya dengan masalah tenggorokan," tweet jurnalis konservatif Bill O'Reilly.
"Akan bijaksana bila ia mengatakan akan menyelidiki tuduhan penipuan pemilu untuk meyakinkan pemilih yang marah. Dia tidak melakukannya. Kesempatan hilang."
"Untuk tema utama Twitterverse saat ini: Biden terus menerus berdehem dan batuk dalam pidato - terutama di awal pidato," tulis koresponden politik NPR, Scott Detrow.
"Tapi itu batuk paling lama yang pernah kudengar."
Sementara itu, penulis Terry J. Richard menyoroti saat Trump mengendus puluhan kali selama pidatonya.
"Setidaknya Biden tidak menggunakan obat bius ilegal untuk menyebabkan tenggorokannya berdehem," katanya.
Beberapa pengguna Twitter lain berpendapat bahwa perhatian yang difokuskan pada batuk Biden tidak lah beralasan.
Electoral College Konfirmasi Kemenangan Presiden Terpilih Amerika Joe Biden
Anggota electoral college berkumpul pada Senin (14/12/2020) malam waktu setempat atau Selasa pagi untuk memberikan suara resmi mereka.
Sky News melaporkan, California, negara bagian dengan populasi terbanyak, memberikan semua 55 suara elektoralnya kepada Joe Biden.
Jumlah tersebut secara resmi membuat Biden meraih suara aman 270 votes untuk bisa memasuki Gedung Putih.
Nantinya ketika semua negara bagian selesai menghitung, Biden akan mengungguli Trump dengan suara elektoral 306-232.
Baca juga: Electoral College Akan Resmikan Pemenang Pilpres Amerika 2020, Ini 5 Hal yang Jadi Sorotan
Baca juga: Kondisi Terbaru Cedera Kaki yang Dialami Joe Biden: Sembuh Sesuai Harapan Dokter
Sementara itu, Donald Trump mengumumkan bahwa Jaksa Agung William Barr akan mundur dari jabatannya.
William Barr mengundurkan diri di tengah ketegangan yang berkepanjangan dengan presiden atas klaim kecurangan pemilu dan penyelidikan terhadap putra Biden, Hunter.
"Sesuai surat, Bill akan pergi sebelum Natal untuk menghabiskan liburan bersama keluarganya," cuit Trump.
Donald Trump telah memalui jalan terjal untuk membuktikan klaimnya bahwa Joe Biden melakukan kecurangan.
Namun pengesahan kemenangan Biden dari Electoral College merupakan pukulan terbesarnya.
Setelah banyak gugatan hukum yang gagal untuk membatalkan pemilu, tibalah waktunya bagi 538 anggota Electoral College untuk bertemu di negara bagian masing-masing untuk memberikan suara mereka untuk presiden dan wakil presiden.
Pertemuan itu biasanya urusan yang prosedural saja.
Tetapi penolakan Trump untuk menerima Biden sebagai pemenang menimbulkan ketegangan dalam proses tersebut.
Di Michigan, gedung DPR negara bagian ditutup untuk umum karena dianggap menjadi target ancaman kekerasan, kata seorang pejabat.
Di Arizona, para anggota electoral college harus memberikan suara mereka di lokasi rahasia.
Donald Trump mungkin telah berhasil menabur keraguan tentang proses pemilihan di antara sebagian pengikutnya.
Tetapi para pemilih "kunci" di negara bagian yang berusaha ia menangkan, justru menegaskan kembali kekalahannya.
Biden tidak hanya memenangkan pemilu 2020, tetapi juga mendapatkan kembali wilayah Rust Belt yang sangat penting.
Namun, ia juga mengecewakan dominasi Partai Republik selama beberapa dekade di Arizona dan Georgia.
Stacey Abrams, seorang pemilih yang kritis dalam mendorong pemungutan suara untuk Biden di Georgia, mengingatkan Georgia akan menjadi tantangan di depan.
Amerika, katanya, masih bergulat dengan "siapa yang kami inginkan sebagai sebuah bangsa".
Pada tahun-tahun sebelumnya, elector "nakal", yang mengubah suaranya saat pertemuan, telah menjadi isu dalam electoral college.
Ini jarang terjadi, tetapi tahun ini, hampir tidak ada pembicaraan tentang orang-orang yang beralih dari Biden ke Trump dengan cara apa pun untuk mengubah hasil akhir.
Nasib Trump bisa dibilang sudah ditentukan sejak lama.
Tapi hari Jumat lalu datang pukulan telak.
Mahkamah Agung, diisi dengan tiga hakim Konservatif yang dipilihnya, menolak tawarannya untuk membatalkan pemilihan berdasarkan gugatan Texas.
Trump mencoba untuk mengeluarkan elector di beberapa negara bagian menjelang pemungutan suara hari ini, tetapi pengadilan tertinggi di negeri itu menolaknya.
Momen besar berikutnya pada proses pemilu adalah 6 Januari, ketika Kongres berkumpul untuk menghitung suara elektoral.
Pada saat itu, pemenang akan diumumkan oleh Mike Pence, yang memimpin Senat sebagai wakil presiden.
Sementara itu, Biden akan menjabat pada pelantikan pada 20 Januari 2021.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)