Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA AS) bekerja sama dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) berupaya menemukan 'penyebab' di balik reaksi alergi yang ditimbulkan vaksin virus corona (Covid-19) yang dikembangkan Pfizer dan BioNTech.
Direktur Pusat Evaluasi dan Penelitian Biologi FDA Peter Marks mengumumkan hal tersebut pada Jumat lalu bahwa pihaknya sedang memeriksa setidaknya lima kasus reaksi alergi terhadap vaksin yang mulai diberikan pada minggu lalu itu.
"Saya pikir pada titik ini kami memiliki sistem yang tepat, strategi mitigasi dengan ketersediaan pengobatan untuk reaksi alergi parah kini sedang disiapkan, dan kami akan terus memantaunya dengan sangat cermat," kata Marks kepada wartawan setempat pada Jumat malam.
Hingga saat ini, belum jelas indikator penyebab munculnya reaksi negatif tersebut, namun bahan kimia polietilen glikol (PEG) yang juga ada dalam vaksin Moderna kemungkinan menjadi penyebabnya.
Sebelumnya, laporan terkait reaksi alergi muncul dari Alaska dan negara bagian AS lainnya pada minggu lalu, mengikuti peristiwa serupa yang dilaporkan terjadi di Inggris.
Baca juga: Netanyahu Menepati Janjinya, Jadi Orang Pertama di Israel yang Disuntik Vaksin Pfizer
Dikutip dari laman Russia Today, Minggu (20/12/2020), seorang petugas kesehatan di Alaska dilaporkan mengalami sesak napas, detak jantung meningkat dan ruam kulit, hanya 10 menit setelah menerima vaksin itu.
Ia kemudian dipindahkan ke unit perawatan intensif di Juneau dan diharapkan bisa kembali pulih.
Selanjutnya, petugas kesehatan lainnya di Alaska yang juga dilaporkan mengalami reaksi anafilaksis beberapa menit setelah menerima vaksin, mengalami pembengkakan lidah dan kesulitan bernapas, namun kondisinya saat ini telah pulih sepenuhnya.
Perlu diketahui, pedoman federal AS saat ini merekomendasikan agar pemantauan selama 15 menit setelah menerima suntikan dilakukan kepada mereka yang menerima vaksin yang dikembangkan oleh raksasa farmasi AS Pfizer dan perusahaan bioteknologi Jerman BioNTech.
Termasuk pemantauan selama 30 menit jika mereka memiliki riwayat reaksi alergi.
Juru bicara Pfizer Jerica Pitts mengatakan perusahaannya saat ini tengah memantau laporan reaksi alergi yang bertambah dan mereka akan 'memperbaharui' pelabelan vaksin itu jika diperlukan.