TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Kantor berita Reuters mengungkap kisah-kisah dramatis di detik-detik protes berdarah ke Capitol Hill, serta kemarahan membuncah Presiden AS Donald Trump.
Menurut laporan Reuters, Jumat (15/1/2021), di hari-hari terakhir Trump di Gedung Putih, para pembantunya berjuang menahan kemarahan Trump, dan berusaha mengisolasinya.
“Kami akan berjalan-jalan di Pennsylvania Avenue,” janji Donald Trump kepada para pendukungnya yang berteriak-teriak di dekat Gedung Putih, sebelum mereka berbaris di Capitol Hill pekan lalu.
Trump berjanji akan pergi bersama mereka. Tapi dia tidak melakukannya. Realitanya, benteng demokrasi Amerika runtuh, dan membuat Trump ikut terpuruk di hari-hari terakhir kepresidenannya.
Baca juga: Donald Trump Jadi Presiden AS Pertama yang Dimakzulkan Dua Kali, Dinilai Hasut Kerusuhan Capitol
Baca juga: Daftar 14 Media Sosial, Aplikasi, Situs Web dan Perusahaan Teknologi yang Memblokir Donald Trump
Baca juga: Trump Dilaporkan Marah kepada Ivanka dan Jared Kushner karena Berencana Hadiri Pelantikan Joe Biden
Trump semula bersikeras bergabung bersama ribuan pengikut garis keras yang berkumpul di Capitol Hill pada 6 Januari 2021.
Dia mengatakan kepada para pembantunya pada hari-hari menjelang rapat umum, berencana menemani mereka menunjukkan kemarahannya di Kongres di hari pengesahan kemenangan Biden-Harris.
Tetapi Dinas Rahasia (Secret Service) terus memperingatkannya para agen tidak dapat menjamin keselamatannya jika dia nekat.
Keterangan disampaikan dua orang yang mengetahui masalah tersebut. Trump mengalah, lalu berjongkok di Gedung Putih menonton tayangan televisi tentang aksi yang pecah jadi kerusuhan.
Penyerbuan Capitol AS menewaskan lima orang, termasuk seorang petugas polisi, dan mengancam nyawa Wakil Presiden Mike Pence serta anggota Kongres.
Peristiwa ini sangat melukai apa yang tersisa dari kepresidenan Trump menjelang pelantikan Biden-Harris pada 20 Januari 2021.
Trump Marah Ada Kader Republik Membelot
Pidato Trump yang berapi-api dan penuh keluhan dari taman Ellipse di pinggiran selatan Gedung Putih terfokus dari rapat tergesa-gesa DPR AS yang menghasilkan pemakzulan Trump atas tuduhan menghasut pemberontakan.
Lewat pemungutan suara Rabu (13/1/2021), Trump menjadi presiden pertama dalam sejarah AS yang dimakzulkan dua kali.
Sebanyak 10 politisi Republik bergabung bersama Demokrat, dan mencela Trump. Tetapi pemakzulan itu tidak bakal terlaksana mengingat masa jabatan Trump tinggal sepekan lagi.