Apalagi Senat yang dipimpin Partai Republik, tidak memiliki rencana melakukan pemungutan suara untuk meneguhkan keputusan DPR itu.
Meski begitu, teguran DPR yang belum pernah terjadi sebelumnya membatasi minggu yang sangat tidak stabil bahkan untuk masa kepresidenan di mana kekacauan telah berlangsung demikian lama.
Hari-hari terakhir Trump di Gedung Putih pun ditandai kemarahan dan kekacauan. Trump menyaksikan debat pemakzulan di TV dan menjadi marah pada pembelotan Partai Republik.
Trump juga tiba-tiba pecah kongsi dengan Wapres Mike Pence, ditinggalkan sejumlah penasihat seniornya, dicuekin sejumlah kecil anggota parlemen Republik, lalu pamungkasnya akun Twitternya dimatikan.
Akun Twitter itu selama ini jadi corong apa saja sikap, perilaku, dan kata-kata kemarahannya pada apapun yang dihadapi selama memerintah.
Reuters berbicara kepada lebih dari selusin pejabat pemerintahan Trump. Mereka menggambarkan semakin menyusutnya lingkaran pembantu yang loyal dan terus berjuang untuk Trump.
Mereka yang tersisa berusaha menahan presiden yang semakin resah, marah dan terisolasi, dan terus meyakini klaim Pemilu penuh tipu daya.
Mereka berusaha keras menjaga Gedung Putih tetap berfungsi sampai Biden mengambil alih kekuasaan.
"Semua orang merasa mereka melakukan pekerjaan terbaik yang mereka bisa untuk mempertahankan semuanya sampai Biden mengambil alih," kata seorang penasihat Trump kepada Reuters tanpa menyebut nama.
Gedung Putih menolak berkomentar untuk cerita ini. Secret Service menolak berkomentar tentang keinginan Trump untuk melakukan perjalanan ke Capitol pada 6 Januari 2021.
Keluarkan Putusan Pengampunan Kontroversial
Ketika Trump menghabiskan waktu melampiaskan marah kepada para pembantu dan orang kepercayaannya, satu masalah nyata yang menjadi fokusnya adalah bagaimana ia menerapkan kekuasaannya untuk memberi ampunan ke sejumlah orang.
Pertanyaan terbesarnya adalah apakah dia akan mengeluarkan pengampunan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk dirinya sendiri, selain anggota keluarga, sebelum meninggalkan kantornya.
Meskipun Trump belum secara terbuka mengisyaratkan niatnya untuk mengambil langkah yang menurut beberapa analis hukum dapat melanggar hukum, seorang pejabat Gedung Putih mengatakan kepada Reuters: "Saya sudah mengharapkan itu."