Dia juga menjual toples acar daging babi tanpa tulang untuk dimakan orang.
Baca juga: Kronologi Pembunuhan Fathan, yang Jasadnya Terbungkus Plastik, Pelaku Kesal Korban Ingkar Janji
Orang-orang melihat hidupnya sangat normal, dan Denke sangat dermawan.
Ia kerap menjadi sukarelawan di gereja lokalnya. Dia memainkan organ secara teratur.
Dia juga membawa salib untuk pemakaman setempat.
Pemakaman ini pada akhirnya menghubungkan Denke dengan para migran dan gelandangan di kota.
Di upacara-upacara pemakaman, ketika melihat para gelandangan, ia menawarkan mereka tempat tinggal.
Tetapi sebanyak 40 migran tidak pernah terlihat keluar dari rumahnya.
Baca juga: Era Presiden Donald Trump Tinggalkan Kerusakan Besar Politik di Eropa
Ketika Jerman mengalami inflasi setelah Perang Dunia I, kehidupan di Eropa Timur menjadi sangat sulit.
Denke harus menjual rumahnya, yang diubah oleh investor menjadi kompleks apartemen.
Kemudian dia menyewa dua kamar di sebelah tokonya mulai tahun 1921 ketika depresi ekonomi melanda Jerman.
Denke mulai menerima migran tunawisma pada tahun yang sama dan orang-orang di sekitar terlalu miskin untuk peduli dengan apa yang terjadi pada orang lain.
Aksi keji Denke terjadi.
Para tunawisma yang masuk ke rumahnya dibunuh.
Tubuh mereka diolah oleh Denke, diperlakukan seperti hewan ternak.