TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Kekacauan, ada yang menyebutnya ‘pemberontakan’ saat massa pendukung fanatik Donald J Trump menyerbu Gedung Capitol (Capitol Hill) 6 Januari 2021, masih meninggalkan misteri.
Kegagalan aparat keamanan mencegah hari paling buruk dalam sejarah Amerika, diyakini bersifat sistemik dan secara kuat dipengaruhi pertimbangan politik.
The Washington Post membuat laporan panjang, Selasa (19/1/2021), dan menemukan Kepala Kepolisian Capitol Steven Sund sudah memperingatkan bahaya yang akan datang.
Ia lalu menyarankan Kepala Keamanan DPR AS, Paul Irving, agar mengaktifkan Garda Nasional dua hari sebelum 6 Januari 2021, tepat pada hari pengesahan hasil electoral vote Pemilu AS.
Tapi Paul Irving menolak keras. “Ada kenyataan di sana, para pemimpin DPR dan Senat tidak ingin militer berada di sana,” kata Bill Pickle.
Baca juga: Pasca Rusuh Capitol AS: Pria yang Bawa Bendera Konfederasi Amerika Ditangkap
Baca juga: Radikalisme di AS Setelah Serbuan ke Capitol Hill dan Pelantikan Biden-Harris
Baca juga: Donald Trump Dimakzulkan untuk Kedua Kalinya akibat Kerusuhan di Capitol
Kepala Keamanan Senat AS 2003-2007 itu melanjutkan, elite politik di Capitol tidak ingin menunjukkan mereka tidak dapat mengontrol wilayah mereka sendiri.
Bill Pickle berbicara kepada The Washington Post atas permintaan Paul Irving, yang telah mengundurkan diri dan menolak berbicara ke media.
Peringatan Bahaya Sudah Didapatkan Keamanan Capitol
Pickle membenarkan pernyataan Steven Sund, yang juga ikut mengundurkan diri, terkait saran dia ke Paul Irving agar mendatangkan Garda Nasional.
Irving menjawab dia hati-hati tentang efek dari langkah semacam itu. Tapi Irving juga tidak berkonsultasi terlebih dahulu ke Ketua DPR Nancy Pelosi (D-Calif.).
"Istilah 'optik' bukanlah istilah yang tidak biasa di atas sana di Capitol Hill," tambah Pickle. “Dia mengerti bagaimana para anggota berpikir. Dia mengerti optik adalah segalanya bagi seorang politisi," imbuhnya.
Lima orang tewas pada petaka 6 Januari 2021 di komplek Capitol Hill. Tragedi demokrasi AS ini terjadi da nada andil elite politik yang megakibatkan pelanggaran keamanan besar-besaran hari itu.
Posisi Paul Irving dan Kepala Keamanan Senat, Michael Stenger, terjepit di antara dua kekuatan. Antara tugas keamanan dan penegakan hokum, juga pelayanan politik.
Drew Hammill, juru bicara Ketua DPR AS, Nancy Pelosi, berusaha membela bosnya. Ia menyebut situasinya rumit, antara pilihan penegakan hukum, munculnya hasutan Trump, membuat semua rencana gagal.