Kehilangan kendali pesawat selama lepas landas dan pendaratan vertikal ketika pesawat beroperasi di atas sudut serang 20 derajat.
Tanki Bisa Meledak saat Terkena Sambaran Petir
Kecepatan supersonik di ketinggian yang sangat tinggi menyebabkan fitur siluman gagal dan mengancam integritas struktural pesawat.
Paling berbahaya, versi Korps Marinir, F35B, dapat meledak saat sambaran petir karena masalah tangki bahan bakar.
Cacat lebih lanjut termasuk masalah saat beroperasi dalam cuaca yang sangat panas atau sangat dingin, insiden tekanan kokpit yang berbahaya.
Lalu juga ada kegagalan tampilan yang dipasang di helm, masalah keamanan yang serius jika ban pecah. Ratusan kekurangan yang ditemukan dianggap terlalu berat diatasi para insinyur dalam waktu dekat.
Cacat ini dalam enam tahun terakhir mengakibatkan insiden serius termasuk F-35 yang terbakar karena bilah kipas di dalamnya putus karena terlalu panas.
Satu lagi terbakar saat mesin dinyalakan, dan dalam kecelakaan hull-loss pertama. Marine F-35B jatuh karena ada kabel yang salah menyebabkan kebakaran di bagian hidrolik.
Pada April 2019, sebuah F-35 Jepang jatuh ke Samudera Pasifik. Awak pesawat tidak ditemukan sampai dua bulan kemudian.
Program JSF F-35 memiliki masalah keberlanjutan yang parah yang sebagian besar berasal dari praktik perusahaan kontraktor utama Lockheed Martin yang tidak tepat.
Pabrikan Lockheed Martin Punya Sederet Masalah
Kekurangan ini telah berulang kali dikritik Kongres AS dan pemerintah AS. Laporan Kantor Akuntabilitas Pemerintah AS (GAO) menunjukkan Lockheed sejak 2015 gagal mengatasi kelemahan serius dalam Sistem Informasi Logistik Otonomi (ALIS).
Ini sistem kompleks yang mendukung operasi, perencanaan misi, manajemen rantai pasokan, pemeliharaan, dan proses lainnya.
Selain itu, GAO menemukan kurangnya koordinasi yang signifikan antara Departemen Pertahanan (DoD) dan Lockheed Martin.