Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat pasar modal Hans Kwee mengatakan, kenaikan pasar saham Amerika Serikat (AS) juga diiringi faktor kinerja pertumbuhan laba pada kuartal IV 2020.
Berdasarkan data Refinitiv, perusahaan yang tergabung di indeks S&P 500 rata-rata membukukan pertumbuhan laba untuk kuartal IV 2020.
"Hal ini berada di atas ekspektasi pelaku pasar yang memperkirakan keuntungan akan turun 10 persen karena pandemi," ujarnya, Minggu (7/2/2021).
Hans menjelaskan dari laporan keuangan perusahaan S&P 500 yang sudah dikeluarkan, 80 persen berhasil melampaui ekspektasi laba analis.
"Perusahaan teknologi bahkan 97 persen laporan kinerjanya mengalahkan proyeksi analis.
Data laporan keuangan masih akan menjadi salah satu sentimen utama pekan depan," katanya.
Selain itu, dia menyampaikan, indeks dolar AS berada dalam trend kenaikan akibat imbal hasil AS Treasury jangka panjang yang menguat.
Baca juga: Kata Analis Soal Penyebab Jebloknya Kinerja 2020 dan Prospek Saham Bank BUMN di 2021
Yield AS Treasury jangka panjang menguat karena pelaku pasar memposisikan diri untuk paket bantuan pandemi jumbo dari Washington dan pasar tenaga kerja AS yang stabil.
Adapun, lanjut Hans, kurva imbal hasil yang diamati menunjukkan perbedaan antara suku bunga jangka pendek dan jangka panjang.
Kurva imbal hasil jangka panjang yang meningkat biasanya dipandang sebagai tanda positif untuk ekonomi jangka panjang di masa depan, pasar saham, dan pendapatan perusahaan.
Sementara itu, kurva yang mendatar adalah peringatan akan kemungkinan pelemahan ekonomi serta kemiringan kurva yield semakin tajam memberikan indikasi pesimisme tentang Covid-19 semakin berkurang akibat peluncuran vaksin.
"Di sisi lain, rupiah terlihat cukup kuat karena minat pelaku pasar akan aset berisiko masih tinggi," pungkas Hans.