Belum jelas apakah warga Rohingya menganggap serius klaim tersebut.
Menurut beberapa laporan, pada 2017 militer melakukan sebuah gerakan dimana saat itu Suu Kyi dan pejabat sipil lainnya tidak memiliki kendali mengatur mereka.
Sebab militer Myanmar dapat mengendalikan pertahanan, urusan perbatasan, dan kementerian dalam negeri.
Namun laporan UNB menyatakan bahwa warga Rohingya di kamp Cox's Bazar Bangladesh tidak sedih atas berita jatuhnya Suu Kyi.
Laporan serupa juga muncul di media Bangladesh lainnya.
Kendati demikian belum jelas apakah tawaran militer ini akan menghasilkan pelonggaran pembatasan pergerakan Rohingya di kamp IDP di Sittwe dan repatriasi pengungsi dari Bangladesh.
Otoritas Bangladesh menyerahkan daftar 840.000 Rohingya ke Myanmar untuk verifikasi kewarganegaraan, tetapi hanya 5% dari mereka atau 42.000 yang telah diverifikasi oleh Myanmar.
Bahkan hampir tidak ada yang bisa kembali karena masalah keamanan.
Di sisi lain Bangladesh telah memindahkan 5.300 pengungsi dari kamp padat di Cox's Bazar ke Bhasan Char.
Lokasi itu merupakan pulau terpencil di Teluk Benggala, dimana fasilitas modern telah dibangun.
Pengungsi Rohingya mungkin tidak menyesali Suu Kyi digulingkan, namun beberapa unggahan di media sosial menunjukkan bahwa mereka juga menentang kudeta militer dengan foto tiga jari.
Baca juga: Kesampingkan Perbedaan, Kelompok Etnis Myanmar Bersatu Lawan Kudeta Myanmar
Baca juga: Kudeta Myanmar: AS Jatuhkan Sanksi pada Junta, Facebook Awasi Konten yang Diunggah Militer
Protes Terus Bergulir di Myanmar
Gerakan anti kudeta masih terus berlanjut di Myanmar.
Demonstran bentrok dengan polisi dan melanggar larangan pertemuan massal.