Di Yangon, banyak daerah mulai membentuk brigade penjaga lingkungan untuk memantau komunitas mereka, dan untuk mencegah penangkapan warga yang bergabung gerakan pembangkangan sipil.
Beberapa juga mengungkapkan kekhawatiran bahwa amnesti narapidana massal minggu ini diatur untuk membebaskan narapidana ke publik untuk menimbulkan masalah sambil membebaskan ruang di penjara yang penuh sesak untuk tahanan politik.
"Kami tidak mempercayai siapa pun saat ini, terutama mereka yang berseragam," kata Myo Ko Ko, seorang anggota patroli sipil di Yangon, kepada kantor berita AFP.
Di dekat stasiun kereta pusat kota, penduduk memalangkan batang pohon ke jalan memblokir kendaraan polisi dan mengawal petugas yang berusaha mengembalikan karyawan kereta api yang mogok untuk bekerja.
Tin Myint, seorang warga Yangon, termasuk di antara kerumunan yang menangkap dan menahan empat orang yang diduga melakukan penyusupan ke lingkungan mereka.
"Kami pikir militer bermaksud menyebabkan kekerasan dengan para penjahat ini dengan menyusupkan ke aksi protes damai," katanya.(Tribunnews.com/Aljazeera/xna)