Mata uang Lebanon telah kehilangan sekitar 80 persen nilainya terhadap dolar AS pada tahun lalu.
Hal ini membuat impor bahan bangunan, mulai dari kaca jendela hingga aluminium hingga baja - sangat mahal dan memperlambat pembangunan kembali.
"Semua bahan dihargai dalam dolar, dan kami berada dalam situasi ekonomi yang sangat sulit, dan bahan tersebut sangat mahal, namun tetap harus membuat orang kembali dengan selamat ke rumah mereka," kata Mohamad Ghotmeh, Kepala Kontrak CTI, sebuah perusahaan yang mengerjakan tujuh proyek di zona rusak ledakan.
Ghotmeh mengatakan, jika bukan sumbangan LSM, sejauh ini tidak akan ada yang dibangun kembali, tetapi dana itu pun tidak cukup.
"Sampai saat ini, pemerintah belum mendanai rumah pribadi atau badan swasta untuk dibangun kembali," kata Ghotmeh.
"Bantuan hanya terkait dengan keadaan darurat dasar, makanan dan tempat tinggal," tambahnya.
Ghotmeh mencemooh pengumuman Menteri Keuangan Lebanon awal pekan ini bahwa lebih dari $ 5,5 juta bantuan rekonstruksi akan segera dicairkan.
"Para menteri melakukan banyak siaran pers, tapi tidak ada yang nyata," kata Ghotmeh.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)