"Ketika melakukan operasi di lapangan, Tatmadaw (militer Myanmar) beroperasi di atas dasar bumi yang hangus, membunuh warga sipil yang melarikan diri, menyiksa dan membunuh pria yang mereka tangkap dan pemerkosaan wanita dan gadis," katanya.
Dia lantas menambahkan bahwa militer secara rutin beralih ke penjarahan dan pembakaran.
Robertson mengatakan, Yangon di sisi lain, kemungkinan akan menjadi "tempat terakhir di mana junta membongkar".
"Yangon memiliki kedutaan besar, kantor PBB, jurnalis internasional, dan jantung komunitas bisnis yang berpusat di sana," katanya.
Tetapi aktivis mahasiswa itu mengatakan tindakan keras di Mandalay hanya menciptakan perlawanan yang lebih sengit, dengan protes yang berkembang pada hari Minggu.
"Kami semua lebih membenci tindakan mengerikan mereka dan lebih termotivasi untuk memenangkan revolusi ini," katanya.
"Saya tidak bisa menjalani hidup saya dalam belenggu dan ketakutan," tegasnya.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)