Para demonstran dari etnis minoritas berdemo pada Rabu (24/2/2021), bersama dengan staf dari kementerian energi, karena kekhawatiran meningkat tentang dampak ekonomi dari aksi protes dan kampanye pembangkangan sipil terkait pemogokan.
"Perekonomian tidak berjalan dengan baik, itu kemerosotan," kata pemilik toko elektronik Yangon Win Thein (56).
"Situasi ini hanya akan kembali normal ketika militer mengembalikan kekuasaan ke partai pemenang yang telah dengan tulus kami pilih."
Indonesia minggu ini mengusulkan rencana yang berpusat pada anggota ASEAN mengirim pemantau untuk memastikan para jenderal berpegang teguh pada janji mereka untuk mengadakan pemilu yang adil, kata sumber.
Militer belum memberikan kerangka waktu untuk pemilu yang baru tetapi memberlakukan keadaan darurat satu tahun ketika merebut kekuasaan sehingga kemungkinan akan terjadi setelah itu.
Menteri luar negeri Indonesia, Retno Marsudi, yang direncakanan akan berkunjung ke Thailand, telah melakukan sejumlah diplomasi dengan sesama anggota ASEAN.
Pada hari Selasa, ratusan demonstran berkumpul di luar kedutaan Besar Indonesia di Yangon untuk menentang pemilu Baru, menuntut agar suara yang mereka berikan pada bulan November diakui.
Militer merebut kekuasaan setelah dugaan kecurangan dalam pemilu November lalu, menahan Suu Kyi dan banyak kepemimpinan partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).
Namun Komisi pemilihan Umum membantah tudingan kecurangan dari militer.