TRIBUNNEWS.COM, NEW DELHI – Tiga anggota Kepolisian Myanmar menyeberangi perbatasan menuju India untuk melarikan diri dari perintah junta militer untuk meredam aksi protes menentang kudeta 1 Februari lalu.
Hal itu disampaikan seorang pejabat kepolisian India pada Kamis (4/3/2021), seperti dilansir Reuters.
Ada beberapa contoh yang dilaporkan di media sosial terkait polisi bergabung dengan gerakan pembangkangan sipil dan aksi protes menentang junta militer, dan beberapa orang ditangkap.
Namun kejadian ini adalah kasus pertama yang dilaporkan polisi melarikan diri dari Myanmar.
Ketiga polisi itu datang melintasi perbatasan dekat kota Vanlaiphai Utara, di negara bagian Mizoram India pada Rabu (3/3/2021) sore waktu setempat.
Pihak berwenang telah memeriksa kondisi kesehatan tiga personil polisi itu dan mengurus mereka, kata pengawas polisi di distrik Serchhip.
"Apa yang mereka katakan adalah mereka mendapat instruksi dari penguasa militer yang tidak dapat mereka patuhi, sehingga mereka melarikan diri," kata Inspektur Stephen Lalrinawma kepada Reuters.
"Mereka mencari perlindungan karena pemerintahan militer di Myanmar," kata Lalrinawma.
Baca juga: PBB Soroti Krisis Myanmar yang Kian Memanas Setelah 38 Demonstran Anti-Kudeta Tewas
India berbagi perbatasan darat sepanjang 1.643 kilometer (1.021 mil) dengan Myanmar, di mana lebih dari 50 orang tewas selama protes menentang kudeta militer pada 1 Februari.
Junta militer menggulingkan pemerintahan yang sah dan dipilih secara demokratis, dan menahan pemimpinnya, Aung San Suu Kyi, setelah menuding kemenangan partainya pada bulan November lalu karena adanya kecurangan.
India sudah menjadi rumah bagi ribuan pengungsi dari Myanmar, termasuk orang-orang etnis Chin dan Rohingya yang melarikan diri dari negara Asia Tenggara itu selama serangan kekerasan sebelumnya.
Seorang pemimpin komunitas Chin di New Delhi mengatakan polisi jarang melarikan diri ke India.
"Ini adalah sesuatu yang tidak biasa," kata James Fanai, presiden Komite Pengungsi Chin yang berbasis di India.
"Karena di masa lalu, polisi dan militer hanya mengikuti perintah penguasa."