Studi ini akan memiliki dua bagian.
Yang pertama, anak-anak berusia dua tahun hingga kurang dari 12 dapat menerima dua dosis masing-masing 50 atau 100 mikrogram.
Mereka yang berusia di bawah dua tahun dapat menerima dua suntikan 25, 50 atau 100 mikrogram.
Baca juga: C40 Mayoral Webinar Bersama Dirjen WHO, Anies Jelaskan Strategi Vaksinasi Berkeadilan di Jakarta
Untuk setiap kelompok, anak pertama yang divaksinasi akan menerima dosis terendah dan akan dipantau reaksinya sebelum peserta diberikan dosis yang lebih tinggi.
Kemudian, peneliti akan melakukan analisis sementara guna menentukan dosis mana yang paling aman dan paling mungkin melindungi setiap kelompok umur.
Anak-anak di bagian studi kedua akan menerima dosis yang dipilih oleh analisis atau suntikan plasebo yang terdiri dari air asin.
Program ini dikembangkan Moderna dengan bekerja sama bersama National Institute of Allergy and Infectious Diseases.
Perusahaan dan institut tersebut juga bekerja sama dalam studi tersebut, bersama dengan Otoritas Penelitian dan Pengembangan Lanjutan Biomedis federal.
Anak-anak tersebut akan dipantau selama setahun, untuk mencari efek samping dan mengukur kadar antibodi yang akan membantu peneliti menentukan apakah vaksin tersebut tampaknya memberikan perlindungan.
Baca juga: Qatar Keluarkan Izin Penggunaan Darurat Vaksin Covid-19 Moderna
Kadar antibodi akan menjadi indikator utama, tetapi para peneliti juga akan mencari infeksi virus corona, dengan atau tanpa gejala.
Dr Wohl mengatakan bahwa studi tersebut tampaknya dirancang dengan baik dan kemungkinan besar akan efisien.
Tetapi, dia mempertanyakan mengapa anak-anak hanya diamati selama satu tahun, ketika orang dewasa dalam studi Moderna dipantau selama dua tahun.
Terlalu Cepat
Dia juga mengatakan agak terkejut melihat vaksin itu diuji pada anak-anak yang begitu muda secepat ini.