TRIBUNNEWS.COM - Media The New Yorker baru-baru ini merilis film dokumenter 3D tentang sisi gelap kamp penahanan di Xinjiang, China.
Digarap jurnalis Ben Mauk dan sutradara Sam Wolson, film yang mengadaptasi teknologi VR (Virtual Reality) ini menampilkan rekonstruksi tempat penahanan di Xinjiang, yang juga diduga tempat etnis minoritas Uighur ditahan.
Dengan teknologi VR 360 derajat, penonton bisa menyaksikan bagaimana suasana dalam kamp itu dari berbagai sudut.
Dokumenter berjudul 'Reeducated' ini menggabungkan kesaksian dari tiga mantan tahanan Kazakh selama di kamp tersebut.
Ketiga pria itu yakni Erbaqyt Otarbai, Orynbek Koksebek dan Amanzhan Seituly yang bercerita sepanjang film dan diilustrasikan dengan animasi, dilansir Variety.
Baca juga: Washington Tuduh Genosida di Xinjiang, China Sebut Pemerintah Amerika Munafik
Baca juga: Cina Akan Ubah Kebijakan di Xinjiang, Tapi Tak Mencakup Soal Tindakan Keras
Penonton disarankan menggunakan headset agar efek suara semakin memberikan pengalaman gelap, bagaimana rasanya masuk ke dalam sel, ruang kelas, dan halaman kamp penahanan.
"Benar-benar mengerikan berada di ruang ini - mengetahui ini adalah ruangannya, ini adalah hal-hal yang ada di dalamnya, dan suara yang akan Anda dengar sebenarnya mengelilingi Anda," kata jurnalis Ben Mauk, co-developer film ini.
"Ini adalah topik di mana Anda ingin orang-orang masuk ke ruang ini yang tidak dapat mereka akses, karena Anda tidak bisa mendapatkan foto atau video yang dapat diandalkan dari kamp-kamp ini."
Penggarapan film ini bermula ketika Mauk bertemu dengan tiga pria itu yang sama-sama ditahan di kamp prefektur Tacheng pada 2017.
Mauk menilai kesaksian ketiganya dapat menguatkan cerita soal kamp tertutup ini satu sama lain.
Mauk, sutradara Sam Wolson, dan Matt Huynh melakukan perjalanan bersama ke Kazakhstan untuk mewawancarai ketiga pria tersebut dan mencoba menemukan detail visual yang tepat sebanyak mungkin.
Butuh setahun bagi Mauk dan tim mengonfirmasi segala detail, mulai dari penempatan TV, kamera CCTV dalam sel, hingga bentuk bangku.
Data lain seperti citra satelit membantu menginformasikan fitur lain, seperti dimensi halaman luar ruangan.
Dengan ini, tim "Reeducated" berharap dapat menjangkau penonton baru yang belum menyadari krisis hak asasi manusia di Xinjiang.
Cuplikan Film Reeducated
Sambil menahan sakit karena usus buntu, Erbaqyt Otarbai berusaha bersikap sempurna saat menyanyikan lagu kebangsaan Tiongkok.
Rasa sakit itu hampir tidak tertahankan.
Namun ketika dia menangis dan berteriak kesakitan di meja operasi, tidak ada yang peduli.
Tidak lama kemudian, seorang penjaga mendatanginya.
"Kamu tidak akan mati," kata penjaga itu padanya.
"Dan bahkan jika kamu mati, tidak akan ada yang tahu tentang itu," kata penjaga itu, dari kesaksian Otarbai dalam film.
Pada saat itu, Otarbai adalah salah satu dari 1 juta orang Uighur dan etnis minoritas yang secara sistematis ditahan di jaringan kamp interniran China di Xinjiang.
Banyak laporan soal kekejaman yang dilakukan di kamp, tetapi hanya sedikit yang memberikan wawasan tentang kondisi di dalamnya, dikutip dari Foreign Policy.
Dalam 'Reeducated' inilah penonton dapat membayangkan dan merasakan kondisi di dalam kamp menurut cerita mantan tahanan.
Versi 2D dari VR short dapat dilihat di video Youtube di bawah ini.
Apabila ingin menikmati versi VR yang lebih luas dapat dilihat di sini.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)