Konflik itu juga menciptakan kekurangan barang-barang kebutuhan pokok dan obat-obatan, dan meninggalkan sebagian besar sumber daya minyak dan pertaniannya di luar kendali pemerintah.
Hampir 80 persen warga Suriah hidup dalam kemiskinan, dan 60 persen rawan pangan.
Warga Suriah terpaksa menunggu dalam antrean panjang untuk membeli roti dan bahan bakar bersubsidi.
Baca juga: Serangan Jet Tempur Rusia Hantam Kamp Pemberontak Suriah
Baca juga: Suriah Klaim Roket Israel Serang Daerah Sekitar Damaskus Selatan
Awal tahun ini, pemerintah Suriah menaikkan harga bahan bakar.
Termasuk produk bahan bakar yang telah disubsidi, lebih dari 50 persen, dalam kenaikan ketiga tahun ini.
Pemerintah juga menaikkan harga gas untuk memasak.
"Sebelum perang, Suriah menikmati otonomi energi relatif, tetapi dalam dekade terakhir diperkirakan $ 91,5 miliar pendapatan hidrokarbon telah hilang," kata Menteri Perminyakan Suriah pada Februari.
Pembatasan pandemi telah menambah tekanan pada ekonomi Suriah.
Situasi Suriah diperparah oleh krisis keuangan di negara tetangga Lebanon, yang telah menjadi jembatan ke Suriah secara ekonomi dan finansial.
Berita lain terkait Suriah
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)