TRIBUNNEWS.COM - Front for Change and Concord (FACT) di Chad adalah kelompok pemberontak yang menyerang dari Libya ke Chad utara pada 11 April 2021 kemarin.
FACT Chad menyerang sebuah pos perbatasan sebelum maju ke daerah selatan.
Mereka melakukan perjalanan menggunakan truk pick-up dan bersenjata lengkap.
Setelah pertempuran sengit, Angkatan Bersenjata Chad tampaknya mampu memperlambat laju FACT sekitar 300 kilometer dari Ibu Kota Ndjamena selama akhir pekan kemarin.
Namun, Selasa (20/4/2021) ada pengumuman mengejutkan datang sehari setelah hasil sementara Presiden Chad Idriss Deby (68) dinyatakan terpilih kembali dengan hampi 80 persen suara.
Pihak militer menerangkan, Presiden Chad, Idris Deby Itno tewas saat berperang melawan pemberontak pada Selasa (20/4/2021).
Baca juga: POPULER Internasional: Bocah 3 Tahun di Malaysia Positif Narkoba | Presiden Chad Tewas Ditembak
Baca juga: Presiden Chad Tewas Ditembak Saat Kunjungi Pasukan di Garis Depan yang Bertempur melawan Pemberontak
Putra Deby yang berusia 37 tahun, jenderal bintang empat Mahamat Idriss Deby lantas dengan cepat diangkat sebagai pemimpin transisi dewan militer.
Penunjukkannya dilaksanakan meskipun protokol konstitusional mengatakan, Ketua Parlemen seharusnya mengambil alih kekuasaan.
Militer juga menangguhkan konstitusi dan membubarkan pemerintah dan parlemen, tetapi berjanji untuk mengadakan pemilihan yang bebas dan demokratis setelah 18 bulan.
"Chad bukanlah monarki," kata FACT dalam pernyataan yang diposting online setelah pengumuman kematian Deby.
"Tidak ada devolusi kekuasaan dinasti di negara kita," tambah pemberontak saat mereka mengancam akan menggulingkan pemimpin baru.
Perkembangan tersebut telah meningkatkan momok perebutan kekuasaan baru dan berpotensi kekerasan di Chad, yang telah mengalami pemberontakan berturut-turut sejak kemerdekaan dari Prancis pada 1960.
Idris Deby mengambil alih kekuasaan sebagai ujung tombak pemberontakan pada 1990 yang menggulingkan pemimpin otoriter Hissene Habre.
Kemudian, ia menghadapi ancaman yang sama. Digulingkan pasukan pemberontak yang mencapai ibu kota pada 2006 dan 2008, sebelum mereka dipaksa mundur dan mendekat lagi pada 2019.