Dimana 1/4 gas efek rumah kaca berasal dari makanan.
Sebagian kecil di antaranya berasal dari peternakan konvensional.
Tak hanya itu, pertimbangan lain yakni permintaan daging global diperkirakan terus meningkat.
Sehingga munculah ide pembutaan daging buatan ini.
Daging tersebut dibuat dengan diawali pengambilan sel dari hewan.
BBC News Indonesia mengabarkan pengambilan sel hewan ini salah satunya dari bulu hewan.
Baca juga: Pedagang Tolak Impor Daging, Ketua DPD RI Minta Pemerintah Pastikan Sirkulasi di NTT Lancar
Sel kemudian diberi nutrisi agar dapat bertumbuh berkali lipat, hingga akhirnya dapat diproduksi secara masal.
Hal ini juga dibenarkan Josh, proses produksi dan budi daya daging buatan 95% dianggap lebih ramah lingkungan.
Karena dilihat dari berkurangnya emisi karbon yang dihasilkan dan juga penghematan dalam aspek penggunakaan lahan dan air.
"Proses produksi dan budi daya daging buatan, 95% lebih ramah lingkungan, dalam hal emisi karbon dan juga dalam aspek penggunakaan lahan dan air," kata Josh, pihak produsen daging buatan.
Tanggapan Pakar Pangan dan Konsumen
Pakar Inovasi Pangan, Dr. Alexandra Sexton mengatakan produksi daging buatan dapat menjadi jawaban dalam menanggulangi perubahan iklim yang dapat memacu tingkat kestabilan ketersediaan daging.
Hal tersebut dapat terjadi, jika memang daging buatan bisa mengurangi kebutuhan penggunaan lahan.
"Jika daging buatan bisa mengurangi kebutuhan penggunaan lahan dalam produksi daging, maka bisa bermanfaat dalam menanggulangi perubahan iklim," ujar Sexton.