Sementara di kota Kalkuta di Benggala Barat, negara bagian yang masih melalui pemilihan negara bagian, dokter melaporkan hampir terjadi peningkatan 50%.
Baca juga: Pasar Gelap India Makin Cuan, Oksigen dan Remdesivir Dijual Dengan Harga Selangit
Baca juga: WHO: Situasi Covid-19 di India Sangat Memilukan
Krisis tersebut mendorong tentara Jerman untuk menyediakan pabrik produksi oksigen yang besar.
Prancis juga mengatakan mereka akan mengirim pasokan ke India melalui udara dan laut, termasuk delapan konsentrator oksigen, wadah oksigen cair, dan 28 respirator.
Uni Eropa mengatakan akan mengirim obat dan oksigen ke India dalam beberapa hari mendatang.
"UE mengumpulkan sumber daya untuk menanggapi dengan cepat permintaan bantuan India," kata Ursula von der Leyen, presiden komisi Eropa, di Twitter.
Kepala Organisasi Kesehatan Dunia, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan WHO juga bergegas membantu India dengan mengirimkan "ribuan kontainer oksigen" di antara peralatan penting lainnya.
"Situasi di India sangat memilukan," kata Tedros.
"WHO akan melakukan semua yang kami bisa."
Janji dukungan juga datang dari Denmark, Arab Saudi, UEA, Australia, dan Bhutan.
Bhutan, kerajaan kecil yang bertetangga dengan India juga mengatakan akan mengirimkan "beberapa ratus liter oksigen" segera setelah pabrik oksigen mereka yang baru dibangun mulai beroperasi.
Pada bulan Maret lalu, India memberi Bhutan lebih dari setengah juta vaksin Oxford/Astrazeneca.
Baca juga: 117 Orang Meninggal per Jam Karena Covid-19 di India, RS Penuh dan Anak Buang Ibunya di Jalan
Baca juga: India Catat Kasus Baru Covid-19 Bertambah Lebih Dari 300 Ribu Setiap Harinya
Bantuan itu membuat Bhutan menerapkan salah satu program vaksinasi tercepat di dunia.
Bhutan berhasil memvaksinasi 93% populasi kecil hanya dalam 16 hari.
Namun, banyak yang khawatir bahwa bantuan internasional yang dikirim ke India tidak akan cukup untuk mengisi kekosongan pasokan oksigen, yang telah memengaruhi rumah sakit di Delhi dan Uttar Pradesh.