TRIBUNNEWS.COM - Jenazah 32 orang yang tewas dalam insiden di sebuah situs ziarah Yahudi di Israel telah diidentifikasi.
Setidaknya 45 orang tewas dalam insiden di festival Lag B'Omer, Gunung Meron, ketika peziarah berdesakan dan terjebak di lorong yang penuh sesak.
Sekitar 150 orang terluka.
Proses identifikasi dihentikan sementara selama 24 jam pada hari Jumat (30/4/2021) untuk memperingati Sabat, hari istirahat orang Yahudi.
Pekerjaan dilanjutkan setelah matahari terbenam pada hari Sabtu, yang menandakan berakhirnya hari Sabat.
Sejauh ini, 22 jenazah telah dievakuasi untuk dimakamkan, BBC melaporkan.
Mereka yang meninggal diyakini sebagian besar adalah laki-laki dewasa atau anak laki-laki dari komunitas ultra-Ortodoks.
Baca juga: 40 Orang Tewas di Acara Akbar Liburan Warga Yahudi Ortodoks Israel
Peserta festival dipisahkan secara gender, dan salah satu insiden terjadi di bagian peziarah laki-laki.
Beberapa korban juga diyakini warga negara asing, termasuk beberapa warga AS.
Situs yang berbasis di Inggris, Jewish News, melaporkan bahwa seorang pia berusia 24 tahun dari Manchester di Inggris juga termasuk di antara yang tewas.
Kementerian Kesehatan Israel mengatakan identifikasi jenazah mungkin memerlukan pengujian DNA, sidik jari, dan pengujian gigi.
"Kami bekerja keras, tetapi Anda harus memahami bahwa ini adalah proses yang kompleks dan sensitif," kata Dr Chen Kugel, direktur National Center of Forensic Medicine.
Ia mengatakan pekerjaan harus dilakukan "secara bertanggung jawab" untuk menghindari kesalahan.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengunjungi tempat kejadian pada Jumat (30/4/2021).
Ia berjanji bahwa penyelidikan akan dilakukan untuk memastikan tragedi seperti itu tidak terjadi lagi.
Dia mengatakan insiden itu adalah salah satu bencana masa damai terburuk Israel.
Salah satu korban selamat bernama David mengatakan kepada Ynet news, di saat kejadian, ia merasa seperti ada gelombang manusia yang kacau.
"Tubuh kami tersapu sendiri. Orang-orang terlempar ke udara - yang lain jatuh ke tanah."
Petugas medis berjuang untuk menjangkau mereka yang terluka dalam kekacauan yang terjadi selanjutnya.
Hari Minggu (2/5/2021) telah dinyatakan sebagai hari berkabung nasional di Israel.
Kronologi Kejadian
Insiden itu terjadi di Gunung Meron pada festival utama Lag BaOmer, hari libur ketika puluhan ribu orang, kebanyakan Yahudi ultra-Ortodoks, berkumpul untuk menghormati Rabbi Shimon Bar Yochai, seorang bijak dan mistik abad ke-2 yang dimakamkan di sana.
Puluhan ribu orang dilaporkan hadir, menjadikannya acara terbesar di Israel sejak pandemi virus corona dimulai.
Insiden terjadi setelah tengah malam pada hari Jumat (30/4/2021), dan penyebab insiden itu tidak jelas.
Video yang beredar di media sosial menunjukkan banyak orang berkumpul di ruang sempit.
Para korban tewas diduga karena terhimpit, terinjak dan tertimpa material bangunan maupun manusia lainnya.
Beberapa saksi mata mengatakan insiden terjadi ketika polisi menutup lorong, yang dikatakan selebar 3 meter, mengakibatkan orang-orang berhimpit dan berdesakan.
Sumber polisi mengatakan kepada surat kabar Haaretz beberapa orang terpeleset di tangga, mengenai puluhan orang lainnya hingga terjatuh.
Namun kesaksian itu belum dikonfirmasi secara resmi.
Seorang pria yang terluka terbaring di ranjang rumah sakit mengatakan barisan orang di depan kerumunan tiba-tiba ambruk.
"Lalu terbentuklah piramida yang saling bertumpuk," ujar pria yang tidak disebutkan namanya itu seperti dikutip oleh kantor berita Reuters.
"Orang-orang bertumpuk satu di atas yang lain. Saya di baris kedua. Orang-orang di baris pertama - saya melihat orang mati di depan mata saya."
Dov Maisel, direktur operasi untuk organisasi layanan darurat berbasis sukarelawan United Hatzalah, mengatakan kepada BBC bahwa dia belum pernah menyaksikan pemandangan seperti itu selama 30 tahun karirnya.
"Rasanya seperti pemandangan surealis di mana lebih dari 20 orang menjalani CPR oleh tim kami, dengan kemampuan terbatas untuk mengungsi dari tempat kejadian, hanya karena tempat itu terlalu dipenuhi orang," katanya.
Saksi mata mengatakan, barikade polisi mencegah orang meninggalkan daerah keramaian.
Pengawas negara Israel, kantor Pengawas Keuangan, mengeluarkan peringatan pada 2008 dan 2011 tentang risiko bencana di situs itu.
Bahaya khusus ditimbulkan oleh akses jalan dan jalur yang "sempit dan tidak sesuai untuk menampung ratusan ribu orang yang mengunjungi situs itu", kata kantor itu seperti dikutip oleh New York Times.
Apa yang berbeda tahun ini adalah bahwa area api unggun diberi jarak sebagai tindakan pencegahan Covid-19.
Langkah itu mungkin telah menciptakan titik-titik buntu yang tak terduga untuk lalu lintas pejalan kaki, lapor Reuters, mengutip media Israel.
Ribuan petugas polisi menutup acara tersebut setelah insiden sebelum membantu mengevakuasi peziarah.
Nasib Para Korban
Jasad mereka yang tewas dibawa ke Institut Kedokteran Forensik Greenberg di Tel Aviv.
Salah satu pemakaman pertama yang dilaporkan adalah pemakaman Rabi Elazar Goldberg, yang berusia 30-an akhir.
Para pelayat di Yerusalem menangis dan berdoa ketika tubuh yang ditutupi kain putih itu dipindahkan ke bagian belakang kendaraan sebelum dimakamkan.
Dua dari korban termuda adalah dua bersaudara Moshe Natan Englander (14), dan Yehoshua Englander (9), dari Yerusalem.
Setidaknya dua dari yang tewas adalah warga negara AS dari New York, Anggota Kongres Mondaire Jones membenarkan dalam sebuah tweet.
Presiden Israel Reuven Rivlin menyalakan 45 lilin pada Jumat sore untuk memperingati mereka yang tewas, lapor Jerusalem Post.
"Ini adalah waktu untuk memeluk keluarga dan membantu mereka menemukan orang yang mereka cintai - menangis bersama," katanya.
"Ini hari yang berat dan menyakitkan. Tragedi ini sangat memilukan."
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)