TRIBUNNEWS.COM, TEHERAN - Richard Medhurst, jurnalis independen yang berbasis di Damaskus, Suriah, menyatakan, Israel ada di balik agenda perang AS di daratan Suriah dan sekitarnya.
Pernyataan itu disampaikan Medhurst lewat wawancara Fars News Agenciy (FNA), kantor berita Iran beberapa waktu lalu.
Wawancara Medhurst ini menjadi berita paling banyak dibaca di situs berita FNA. Penjelasannya juga memberi gambaran jelas apa yang terjadi di Suriah.
“Efraim Halevy, mantan Kepala Dinas Intelijen Israel, Mossad, mengakui Israel memberikan bantuan kepada pejuang Al Qaeda hanya karena menguntungkan bagi mereka untuk melihat kejatuhan pemerintah Suriah,” kata Medhurst.
Baca juga: John Kerry Hebohkan Elite AS, Beber Operasi Rahasia Israel di Suriah
Baca juga: AS Serang Suriah, Targetkan 2 Kelompok Milisi yang Didukung Iran
Berikut ini teks lengkap hasil wawancara Richard Medhurst, dikutip dari laman Fars News Agency, Selasa (4/5/2021).
Tanya (T): Tiga Presiden AS selama 10 tahun telah mengobarkan perang di Suriah. Apa yang dicari AS setelah di Suriah?
Jawab (J): Suriah memainkan peran yang sangat penting di Timur Tengah. Berbatasan dengan Turki, Irak, Lebanon, Yordania, dan Israel, dan dengan akses ke Laut Mediterania, Suriah memiliki kepentingan geopolitik dan strategis yang unik di wilayah tersebut.
Meskipun perang di Suriah digambarkan sebagai perang saudara atau bagian dari pemberontakan populer di 'Musim Semi Arab', kenyataannya lebih kompleks dari itu.
Seperti yang dikatakan Jenderal Wesley Clarke pada 2007 telah ada agenda untuk mengambil "tujuh negara dalam lima tahun".
Di antaranya Suriah, Irak, Lebanon, Libya, Somalia, Sudan dan Iran; tujuannya adalah untuk mengganti pemerintah mereka dengan pemerintahan yang menguntungkan Washington DC.
Sementara beberapa orang berpendapat tujuan utamanya adalah membangun jalur pipa Qatar-Turki melalui Suriah dan mengurangi pangsa pasar Rusia di Eropa.
Saya pikir tujuan utama AS selalu difokuskan pada perubahan rezim dan untuk menghilangkan "duri" di sisi Israel.
Suriah menolak mengakui Israel dan tidak memiliki hubungan resmi dengan pendudukan Zionis. Suriah telah berselisih dengan Israel selama 73 tahun terakhir.
Tidak hanya sejak dimulainya pendudukan Palestina pada 1948, tetapi juga pencaplokan Dataran Tinggi Golan Suriah pada 1967 dan pencaplokannya.