TRIBUNNEWS.COM, JALUR GAZA - Palestina menembakkan serangkaian roket terhadap Israel, Selasa (11/5).
Ini merupakan balasan Palestina karena Israel tidak juga menyurutkan serangannya terhadap Palestina. Militer Israel terus melancarkan serangan udara ke Gaza hingga Selasa (11/5) dini hari kemarin.
Api dan asap membubung selama berlangsungnya serangan Israel dini hari tadi. Serangan militer Israel ini menghancurkan sebuah situs keamanan Hamas di tengah maraknya kekerasan Israel.
Ledakan mengguncang gedung-gedung di seluruh Gaza dan sirene roket mengirim orang-orang Israel di banyak kota di selatan untuk berlindung semalaman.
Dua warga Palestina tewas dan lebih dari 100 terluka dalam serangan udara, kata pejabat Palestina.
Sementara petugas medis menyebutkan, enam orang Israel terluka oleh roket.
Baca juga: Tiga Roket Meluncur dari Jalur Gaza ke Bagian Selatan Israel
Sembilan anak termasuk di antara 20 orang tewas di Gaza pada hari Senin dan puluhan roket diluncurkan ke Israel, banyak yang dicegat oleh pertahanan rudal.
Peristiwa itu dilancarkan oleh militan Gaza yang menembaki wilayah Yerusalem untuk pertama kalinya sejak perang 2014, melintasi apa yang disebut Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagai "garis merah".
Meningkatnya kekerasan terjadi saat Israel merayakan "Hari Yerusalem", menandai pencaplokan atas Yerusalem Timur dalam perang Arab-Israel tahun 1967.
Ketegangan Israel-Palestina meningkat kembali di Masjid Al Aqsa, yang masing-masing diakui oleh Palestina dan Israel.
Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan lebih dari 300 warga Palestina terluka dalam bentrokan dengan polisi Israel.
Polisi menembakkan peluru karet, granat kejut dan gas air mata di kompleks tersebut. Polisi mengatakan 21 petugas terluka dalam pertempuran itu.
Baca juga: Bentrok dengan Pasukan Keamanan Israel di Yerusalem, Ratusan Warga Palestina Terluka
Meskipun masalah mereda setelah beberapa jam, ada titik fokus ketegangan lainnya, seperti lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur di utara Kota Tua.
Di Kawasan ini sejumlah warga Palestina menjadi target penggusuran dan diklaim oleh pemukim Yahudi dalam waktu yang lama.
Hamas, kelompok militan Islam yang menguasai Gaza, menetapkan tenggat waktu malam bagi Israel untuk mengeluarkan polisi dari Al-Aqsa dan Sheikh Jarrah. Ketika kedaluwarsa, sirene meraung di Yerusalem dan roket menghantam pinggiran kota.
Israel memandang semua Yerusalem sebagai ibukotanya, termasuk bagian timur yang dianeksasinya setelah perang 1967, dan hingga kini tak juga diakui internasional.
Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara mereka.
Hamas dan kelompok militan Jihad Islam yang lebih kecil mengaku bertanggung jawab atas tembakan roket di Yerusalem.
Baca juga: Putri Jenderal Qassem Soleimani : Intifada Satu-satunya Jalan Melawan Israel
Militer Israel mengatakan mereka menyerang sasaran yang mencakup operasi militan, terowongan serangan, dan rumah seorang komandan batalion Hamas.
Dari 20 warga Palestina yang tewas pada hari Senin, tujuh, termasuk tiga anak, adalah anggota keluarga yang tewas dalam ledakan di kota Beit Hanoun.
Seorang juru bicara militer Israel mengatakan sekitar sepertiga dari roket Palestina yang ditembakkan gagal dan menyebabkan kerusakan dan korban di dalam Gaza.
Upaya internasional untuk membendung kekerasan tampaknya sudah dilakukan. Seorang pejabat Palestina mengatakan kepada Reuters bahwa Mesir, Qatar dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang telah menengahi gencatan senjata antara Israel dan Hamas di masa lalu, telah melakukan kontak dengan pemimpin kelompok itu Ismail Haniyeh.
Ketegangan telah meningkat selama berminggu-minggu selama bulan suci Ramadhan, di tengah bentrokan antara pasukan keamanan Israel dan pengunjuk rasa Palestina yang memicu kekhawatiran internasional bahwa peristiwa dapat lepas kendali.