TRIBUNNEWS.COM - Penduduk Gaza, Eman Basher, yang memiliki pengaruh di Twitter, bercerita soal kehidupan warga Gaza di tengah teror serangan bom.
Dilansir Al Jazeera, cuitannya tentang ketakutan warga Gaza dibacakan oleh anggota Kongres AS, Rashida Tlaib, pada Kamis:
"Orang-orang Gaza menjalani malam mengerikan setiap hari. Kami bangun untuk membalas pesan, apakah kamu masih hidup? Kami takut.
Setiap malam kami mengatakan bahwa kami yang berikutnya."
"Saat saya menulisnya, saya menangis. Saya ingin mengatakan bahwa orang-orang di Gaza memiliki dua metode dalam menghadapi malam-malam yang begitu mengerikan.
Baca juga: Serangan Israel di Kamp Shati Gaza Tewaskan 10 Orang Termasuk 8 Anak-anak, Semuanya Anggota Keluarga
Baca juga: Warga Australia Cemaskan Keluarganya di Jalur Gaza, Mereka Tahu akan Mati
Mereka menempatkan seluruh anggota keluarga dalam satu ruangan, sehingga jika pemboman terjadi atau jika pesawat tempur Israel menyerang rumah, mereka akan mati bersama.
Atau mereka menempatkan setiap anggota di ruangan berbeda, sehingga jika terjadi pembantaian atau mereka (Israel) mengebom rumah, satu anggota akan selamat."
Ia menambahkan, "Sungguh memilukan bahwa orang-orang Palestina di Gaza hanya memiliki dua pilihan ini, sementara mereka sebenarnya tidak memiliki tempat berlindung."
"Kemarin adalah malam yang sulit. Kami tidur jam empat pagi dan anak-anak saya terus bangun.
Suami saya dan saya butuh waktu lama untuk menenangkan mereka. Mengerikan, membuat trauma.
Saya tidak ingin anak-anak saya hidup seperti ini, saya ingin anak-anak hidup dalam damai dan saya ingin seluruh dunia mendengar teriakan mereka, itulah mengapa saya menulisnya," lanjutnya.
"Saya percaya pada kekuatan kata-kata, saya ingin anak-anak saya selamat, dan saya tidak ingin mengatakan pada mereka, 'Hanya itu, kamu tidak akan tumbuh untuk mewujudkan impianmu.'"
Serangan Israel di Jalur Gaza telah memasuki hari keenam, Sabtu (15/5/2021).
Di hari keenam, Israel melakukan serangan udara yang menghantam kamp pengungsi, di mana setidaknya 10 warga Palestina - delapan anak-anak dan dua wanita - tewas.
Serangan ini juga meratakan gedung bertingkat yang menampung kantor organisasi media, termasuk Al Jazeera.
Baca juga: Serangan Jet Tempur Israel Hancurkan 4 Kantor Bank di Gaza
Baca juga: Korban Tewas Akibat Serangan Brutal Israel di Gaza Melonjak Jadi 126 Orang, 31 Diantaranya Anak-anak
Sementara itu, warga Palestina pada Sabtu berkumpul di beberapa bagian Tepi Barat untuk memprotes pendudukan Israel yang terus berlanjut dan pemboman yang sedang berlangsung di Gaza.
Sejak Senin, setidaknya 140 warga Palestina, termasuk 39 anak-anak, telah tewas di Jalur Gaza, sedangkan 950 lainnya terluka.
Di Tepi Barat yang diduduki Israel, 13 warga Palestina tewas akibat serangan pasukan Israel.
Sedikitnya sembilan orang di Israel juga tewas, dengan satu kematian baru dilaporkan pada Sabtu di Ramat Gan.
Tentara Israel mengatakan ratusan roket telah ditembakkan dari Gaza ke berbagai lokasi di Israel.
Karena itu, mereka menambahkan bala bantuan di dekat tanah timur daerah bagian (kantong) itu.
Ketika kekerasan meningkat, krisis kemanusiaan semakin memburuk dengan ribuan keluarga Palestina berlindung di sekolah-sekolah yang dikelola PBB di Gaza utara.
Mereka berupaya menghindari tembakan artileri Israel.
PBB mengatakan, sekitar 10 ribu warga Palestina telah meninggalkan rumah mereka di Gaza di tengah serangan Israel.
Serangan Udara Israel Menghancurkan Kantor Berita
Baca juga: Tentara Israel Makin Brutal, 10.000 Warga Palestina Tinggalkan Rumah di Gaza
Baca juga: Warga di Jalur Gaza Ketakutan, Jet Tempur Israel Lalu Lalang, Kerap Terdengar Ledakan Bom
Masih mengutip Al Jazeera, Israel telah meratakan sebuah gedung tinggi yang menampung kantor media di Gaza, termasuk Al Jazeera dan The Associated Press.
Terkait hal ini, Safwat al-Kahlout dari Al Jazeera mengabarkan soal penghancuran perumahan.
"Aku telah bekerja di sini selama 11 tahun. Aku meliput banyak acara dari gedung ini, kami telah menjalani kehidupan pribadi profesional, serta pengalaman (di sini)."
"Sekarang semuanya dalam dua detik, lenyap begitu saja," bebernya.
"Semua kolegaku, terlepas dari kesedihannya, mereka tidak berhenti sedetik pun - mereka mencari alternatif agar Al Jazeera tetap menjadi yang teratas dalam berita," imbuhnya.
Harry Fawcett dari Al Jazeera, menambahkan, "Ini adalah momen yang sangat pribadi bagi kita semua. Gagasan bahwa tempat itu (kantor Al Jazeera) sudah tidak ada lagi adalah hal luar biasa untuk direnungkan."
Berita serangan Israel di Jalur Gaza lainnya
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)