News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Israel Serang Jalur Gaza

AS Halangi Pernyataan Bersama DK PBB Agar Israel-Hamas Gencatan Senjata

Editor: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

FILE - Suasana Sidang Dewan Keamanan PBB di New York, AS.

TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB yang ketiga dalam seminggu, di tengah serangan mematikan Israel di Gaza, kembali berakhir tanpa hasil konkret, Senin (17/5/2021) WIB.

AS menghalangi pernyataan bersama yang menyerukan gencatan senjata segera antara Israel dan Hamas.

Pertemuan yang dimulai Minggu (16/5/2021) terjadi setelah AS dilaporkan dua kali memblokir resolusi pekan lalu yang akan mengutuk tanggapan militer Israel dan menyerukan gencatan senjata.

Hampir 200 orang, termasuk 58 anak-anak, tewas dalam pemboman hebat di daerah kantong yang dikepung dua juta orang itu.

Kekerasan di Israel dan Palestina terus berlanjut saat Israel membenarkan kampanye pembomannya sebagai pembalasan atas serangan roket Hamas.

Namun gerakan Hamas yang berbasis di Gaza mengatakan tindakannya merupakan tanggapan terhadap kebijakan Israel tentang pemindahan paksa warga Palestina di Yerusalem Timur.

Baca juga: Pengadilan PBB Didesak Selidiki Serangan Israel pada Kantor Berita di Gaza

Baca juga: Sepekan Israel Serang Jalur Gaza, Ini Reaksi Pemimpin Dunia dan Media Internasional

Juga respon atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa oleh pasukan Israel pekan lalu. Israel telah melewatkan tenggat waktu yang diberikan Hamas untuk menarik pasukannya dari kompleks masjid.

Putaran terakhir pertemuan di Dewan Keamanan berjalan lamban karena Presiden AS Joe Biden tidak memberikan tanda-tanda rencana untuk meningkatkan tekanan publik terhadap Israel.

Ia justru berulang kali menekankan hak Israel untuk mempertahankan diri.

Kritikus, termasuk anggota partai Biden, menuduh pemerintah menutupi serangan Israel, yang telah menewaskan sedikitnya 200 warga Palestina di Gaza dan melukai lebih dari 1.000 lainnya.

Setidaknya 10 orang Israel, termasuk dua anak, telah tewas oleh roket yang diluncurkan dari Gaza sejak Senin (6/5/2021).

Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, mengatakan pada pertemuan darurat, AS bekerja tanpa lelah melalui saluran diplomatik untuk menghentikan pertempuran.

"AS telah menjelaskan kami siap untuk memberikan dukungan dan jasa baik kami jika pihak-pihak tersebut mengupayakan gencatan senjata," katanya.

Namun, tidak ada pernyataan bersama yang muncul dari dewan tersebut, meskipun negosiasi dipimpin oleh Norwegia, Cina dan Tunisia.

AS, China, Prancis, Rusia, dan Inggris adalah anggota tetap dewan keamanan yang memiliki hak veto atas pernyataan bersama.

China sebelumnya menyebut AS sebagai satu-satunya suara yang tidak setuju dalam masalah ini.

Pada Senin, seorang pejabat senior Fatah mengatakan kepada Al Jazeera mereka kecewa atas posisi dan sikap AS.

"Kata-kata Biden kepada Presiden Abbas tidak mencerminkan posisi AS di Dewan Keamanan PBB," kata Sabri Saidam, anggota Komite Sentral Fatah.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres memulai pertemuan Minggu itu dengan usulan permohonan gencatan senjata.

“Siklus pertumpahan darah, teror dan kehancuran yang tidak masuk akal ini harus segera dihentikan,” katanya.

"Semua pihak harus menghormati hukum humaniter internasional dan hukum hak asasi manusia internasional," lanjutnya.

Kejahatan Perang Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza 

Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki, sementara itu, menuduh Israel melakukan kejahatan perang selama serangan selama seminggu.

Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan, menuduh Hamas melakukan serangan sembarangan demi keuntungan politik dan membahayakan warga sipilnya sendiri.

Pada Minggu, Presiden Israel Benjamin Netanyahu mengatakan serangan udara Israel terus berlanjut dengan "kekuatan penuh" dan akan "memakan waktu".

Netanyahu memperingatkan Hamas,  ia ingin memungut harga yang mahal dari para penguasa Hamas di Gaza.

Duta Besar AS Thomas-Greenfield memperingatkan selama pertemuan tersebut kembalinya konflik bersenjata hanya akan menempatkan solusi dua negara yang dinegosiasikan puluhan tahun, semakin jauh dari jangkauan.

Namun, AS telah menunjukkan sedikit kemauan untuk menyimpang dari dukungannya terhadap Israel.

Dalam panggilan telepon dengan Netanyahu pada Sabtu lalu, Biden memusatkan perhatian pada kematian warga sipil akibat roket Hamas.

Namun tidak ada poin AS mendesak Israel untuk bergabung dalam gencatan senjata yang didorong oleh negara-negara di Timur Tengah.

Perwakilan AS Adam Schiff, ketua Demokrat dari komite intelijen DPR, mendesak Biden pada hari Minggu untuk meningkatkan tekanan di kedua belah pihak untuk mengakhiri pertempuran.

“Saya pikir pemerintah perlu mendorong lebih keras pada Israel dan Otoritas Palestina untuk menghentikan kekerasan, melakukan gencatan senjata, mengakhiri permusuhan ini, dan kembali ke proses untuk mencoba menyelesaikan konflik yang telah berlangsung lama ini,” Schiff, seorang Demokrat California, mengatakan kepada program CBS's Face the Nation.

Sementara itu, sekelompok senator AS ikut menyerukan gencatan senjata. Di antaranya Senator Demokrat Chris Murphy dan Republikan Todd Young, anggota senior panel hubungan luar negeri.

"Sebagai akibat dari serangan roket Hamas dan tanggapan Israel, kedua belah pihak harus mengakui terlalu banyak nyawa yang hilang,” kata mereka lewat sebuah pernyataan bersama.(Tribunnews.com/Aljazeera/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini