"Minimal, kami dapat mencoba untuk mendapatkan gencatan senjata, kemudian memberikan bantuan kemanusiaan, dan kemudian melihat apa yang dapat dilakukan untuk memulai kembali proses perdamaian Timur Tengah untuk mengatasi akar penyebab kekerasan," kata Menteri Luar Negeri Malta Evarist Bartolo kepada Reuters.
“Kita tidak bisa membiarkan ekstremis di kedua sisi saling memberi umpan dan mengatur agenda,” katanya.
Baca juga: Lewat Telepon, Joe Biden Dukung PM Israel Lakukan Gencatan Senjata di Jalur Gaza
Sekira 217 warga Palestina, termasuk 61 anak-anak, telah tewas di Gaza sejak serangan dimulai awal bulan ini.
Lalu, 1.500 warga Palestina terluka. Dua belas orang di Israel tewas, termasuk dua anak, sementara setidaknya 300 lainnya luka-luka.
“Situasi di lapangan sangat mengkhawatirkan. Ada banyak korban jiwa. Keluarga Israel dan Palestina berduka," ucap Le Drian.
"Gambarnya mengerikan dan tidak bisa membuat siapa pun acuh tak acuh. Menunggu bukanlah pilihan," kata Le Drian.
Ia juga mengatakan, “Salah satu alasan situasi dramatis hari ini justru karena tidak adanya perspektif proses politik.
"Apa yang perlu kami lakukan adalah menemukan jalan menuju proses politik, tetapi sebelum hal lain, untuk memastikan bahwa permusuhan berakhir. "
Baca juga: Lewat Telepon, Joe Biden Dukung PM Israel Lakukan Gencatan Senjata di Jalur Gaza
Anggota Kuartet Serukan Gencatan Senjata
Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas juga menyerukan gencatan senjata.
Maas menekankan peran Kuartet diplomatik, di mana UE diwakili oleh utusan perdamaian Timur Tengahnya yang baru Sven Koopmans, dan berkata "kami mendukung perluasan lebih lanjut upaya mediasinya".
Tiga anggota Kuartet lainnya adalah PBB, AS, dan Rusia.
"Kita harus menggunakan hubungan kita dengan kedua belah pihak untuk mendorong langkah-langkah membangun kepercayaan yang dapat mengarah pada menenangkan situasi di dalam Israel dan di Tepi Barat," tambah Maas.
“Hanya dengan cara itu dimungkinkan untuk berbicara lagi tentang solusi abadi untuk konflik Timur Tengah.”
Berita lain terkait Israel Serang Jalur Gaza
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)