TRIBUNNEWS.COM, IDAHO – Aksi penembakan massal di sebuah sekolah menengah di AS, Kamis (6/5) lalu menampilkan aksi heroik seorang guru.
Guru matematika, Krista Gneiting, berhasil mengatasi situasi darurat sehingga tidak menimbulkan korban jiwa.
Kisah ini terungkap dalam wawancara sang guru kepada ABC News dan ditayangkan Rabu (19/5).
Dalam acara itu, Krista mengakui ia bertindak spontan begitu mendengar suara tembakan. Ia mengarahkan murid-murid ke tempat yang aman. Ia pun bergegas membantu korban yang terluka.
Tak selesai sampai di sana, ia pun bertindak heroik dengan melumpuhkan pelaku penembakan, yang tak lain siswi di sekolah itu.
Setelah melucuti senjata, Krista menenangkan dan menghibur pelaku hingga polisi tiba.
Baca juga: Pesta Ulang Tahun Jadi Tempat Penembakan Masal, Pelaku Pacar Salah Satu Korban
Para orang tua memuji sikap welas asih guru matematika dengan menyelamatkan nyawa. Berkat kecekatan Krista, dua siswa dan penjaga sekolah yang ditembak berhasil selamat dalam baku tembak selama beberapa menit itu.
Seperti dilansir dari South China Morning Post, Krista mengatakan, dia sedang mempersiapkan siswa Sekolah Menengah Rigby untuk ujian akhir mereka ketika dia mendengar tembakan pertama di aula.
Dia melihat ke luar kelasnya dan melihat penjaga terbaring di lantai. Dia mendengar dua tembakan lagi saat dia menutup pintu.
“Jadi saya hanya memberi tahu murid-murid saya, 'Kita akan pergi, kita akan lari ke sekolah menengah, kamu akan berlari dengan cepat, kamu tidak boleh melihat ke belakang dan sekaranglah waktunya untuk bangun. dan pergi,” kata Krista dalam wawancara yang ditayangkan di Good Morning America.
Polisi mengatakan seorang murid perempuan kelas enam membawa pistol di ranselnya dan menembak dua orang di dalam sekolah dan satu orang di luar.
Baca juga: Penembakan di New York Times Square, Bocah 4 Tahun dan Dua Warga Lainnya Terluka
Ketiganya terluka pada bagian anggota badannya, namun sudah keluar dari rumat sakit beberapa hari kemudian.
Krista mengatakan dia mencoba membantu seorang siswa yang tertembak ketika dia melihat gadis itu memegang pistol.
Dia menyuruh siswa yang terluka itu untuk tetap diam, sementara ia sendiri mendekati siswa kelas enam.