TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh telah mengirimkan surat kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Selasa (18/5/2021).
Dalam surat tersebut Haniyeh memberikan penjelasan kepada Presiden Jokowi tentang ekskalasi kekerasan Israel di Palestina.
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, Haniyeh meminta Indonesia untuk menggalang dukungan global guna melawan pendudukan Israel.
"Kami meminta Anda untuk bertindak segera, dan untuk memobilisasi dukungan Arab, Islam dan internasional, untuk mengambil posisi yang jelas dan tegas untuk mewajibkan pendudukan segera mengakhiri agresi dan teror yang dilakukan oleh pendudukan Israel terhadap Jalur Gaza yang terkepung," tulis Haniyeh dalam suratnya.
Lantas siapakah sosok Ismail Haniyeh ini?
Berikut profil dan fakta seputar Ismail Haniyeh yang telah dirangkum Tribunnews.com dari berbagai sumber:
Baca juga: Pemimpin Hamas Surati Presiden Jokowi, Meminta Indonesia Segera Bertindak
Kehidupan Pribadi
Dilansir britannica.com Ismail Haniyeh, atau bisa juga dieja Ismail Haniya dan Ismāʿīl Haniyyah ini lahir di Al-Shati, Jalur Gaza, pada 29 Januari 1963.
Haniyeh adalah putra dari orang tua Arab Palestina.
Ia menghabiskan masa kecilnya di kamp pengungsi i Al-Shā Stripiʾ Jalur Gaza, tempat ia dilahirkan.
Sama dengan anak-anak pengungsi lainnya, Haniyeh dididik di sekolah-sekolah yang dikelola oleh United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East (UNRWA).
Pada tahun 1981 Haniyeh mendaftar di Universitas Islam Gaza, di mana dia belajar sastra Arab.
Ia juga aktif dalam politik mahasiswa, memimpin perkumpulan mahasiswa Islam yang berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin.
Baca juga: Israel Berkali-kali Gagal Lenyapkan Muhammad Deiff, Pemimpin Sayap Militer Hamas
Awal Aktivitas Politik
Ketika kelompok Islam Hamas dibentuk pada tahun 1988, Haniyeh termasuk di antara anggota pendiri yang lebih muda.
Haniyeh juga dikenal dekat dengan pimpinan spiritual Hamas, Sheikh Ahmed Yassin.
Haniyeh ditangkap oleh otoritas Israel pada tahun 1988 dan dipenjara selama enam bulan.
Penangkapan itu dikarenakan ia berpartisipasi dalam intifada pertama (pemberontakan melawan pendudukan Israel).
Baca juga: Pejabat Hamas Prediksi Gencatan Senjata Israel-Palestina akan Segera Terjadi: Mungkin dalam 24 Jam
Kemudian Haniyeh kembali ditangkap pada tahun 1989 dan tetap di penjara sampai Israel mendeportasinya ke Lebanon selatan pada tahun 1992.
Ia ditangkap bersama dengan sekitar 400 kelompok Islamis lainnya.
Haniyeh beru kembali ke Gaza pada tahun 1993 setelah Kesepakatan Oslo.
Setelah kembali ke Gaza, ia diangkat sebagai Dekan Universitas Islam.
Baca juga: AS: Israel Belum Tunjukkan Bukti Hamas Beroperasi di Menara Media Internasional yang Dihancurkan
Peran Haniyeh di Hamas hingga Menjadi Perdana Menteri
Peran kepemimpinan Haniyeh di Hamas berawal pada tahun 1997.
Saat itu Haniyeh dipercaya menjadi sekretaris pribadi Yassin.
Bahkan ia tetap menjadi orang kepercayaan dekat dari pemimpin spiritual itu selama sisa hidup Yassin.
Baca juga: Kian Memanas! Israel Ledakkan Bom ke Rumah Pemimpin Hamas, Nasibnya Belum Diketahui
Keduanya menjadi sasaran upaya pembunuhan yang gagal oleh Israel pada tahun 2003.
Meskipun Yassin dibunuh setelah beberapa bulan kemudian.
Pada tahun 2006 Hamas berpartisipasi dalam pemilihan legislatif Palestina.
Kelompok tersebut memenangkan mayoritas kursi di parlemen, dan Haniyeh menjadi Perdana Menteri Otoritas Palestina.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/ Ika Nur Cahyani)