TRIBUNNEWS.COM - Wakil Menteri Kesehatan Hugo Lopez-Gatell membeberkan regulator kesehatan Meksiko (COFEPRIS) telah memberikan otorisasi penggunaan darurat untuk vaksin COVID-19 Johnson & Johnson, pada Kamis (27/5/2021).
Meski begitu, Lopez-Gatell mengatakan belum ada rencana segera mendapatkan vaksin tersebut untuk Meksiko.
"Kami memiliki persediaan yang layak dengan lima vaksin lainnya," katanya dalam konferensi pers malam harinya, seperti dikutip Tribunnews dari Reuters.
Baca juga: Keluhan Nyeri Lutut pada Lansia, Bisa Berdampak Sistemik, Ketahui Jenis Pengobatan
Baca juga: Vaksin AstraZeneca Milik Jepang akan Disumbangkan ke Taiwan
Lopez-Gatell memperkirakan bahwa sekira dua juta orang Meksiko mungkin melakukan perjalanan ke Amerika Serikat untuk divaksinasi.
COFEPRIS mengatakan dalam pernyataan terpisah bahwa otorisasi untuk penggunaan darurat menyatakan bahwa vaksin tersebut memenuhi persyaratan kualitas, keamanan dan kemanjuran yang diperlukan untuk diterapkan.
Baca juga: Juli 2021 Vaksinasi Covid-19 untuk Masyarakat Umum di Jepang, Pertengahan Juni Sudah Bisa Mendaftar
Amerika Cabut Penangguhan Vaksin Johnson & Johnson
Sebelumnya, Amerika Serikat sempat menangguhkan vaksin J&J, akibat laporan adanya kasus pembekuan darah.
Per April kemarin, Amerika Serikat akan melanjutkan kembali penggunaan vaksin Covid-19 dari Johnson & Johnson (J&J).
Dilansir INSIDER, Administrasi Makanan dan Obat-obatan (FDA) memperingatkan tentang risiko pembekuan darah yang tidak biasa pada wanita di bawah 50 tahun.
Namun, vaksinasi tetap menjadi alat yang berharga untuk menghentikan pandemi.
Otoritas kesehatan AS mengatakan manfaat vaksin dalam mencegah Covid-19 lebih besar daripada risikonya.
Janet Woodcock, pelaksana tugas administrator dari Food and Drug Administration, mengatakan kepada wartawan pada hari Jumat (23/4/2021) bahwa regulator memiliki keyakinan penuh bahwa manfaat dari vaksin lebih besar daripada risikonya.
Baca juga: AstraZeneca dan J&J Gunakan Teknologi Vaksin yang Sama, Ada Hubungannya dengan Penggumpalan Darah?
Baca juga: Alami Reaksi Langka setelah Vaksin Covid-19 Johnson & Johnson, Pria di Virginia Masuk UG
Rochelle Walensky, direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, mengatakan penyedia layanan kesehatan dapat segera melanjutkan penggunaan vaksin.
"Vaksin ini terbukti aman dan efektif untuk sebagian besar orang," katanya.
Sekelompok ahli independen yang menyarankan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS merekomendasikan pada hari Jumat untuk melanjutkan distribusi vaksin.
Namun kini ada peringatan bahwa sebagian besar kasus pembekuan darah terjadi pada wanita usia 18-49 tahun.
"Beberapa berakibat fatal," katanya.
Baca juga: Kemenkes Lanjutkan Penggunaan Vaksin AstraZeneca Bets CTMAV547 Dalam Program Vaksinasi Nasional
Masalah pembekuan darah setelah vaksinasi, langka namun dapat berakibat serius
CDC dan FDA merekomendasikan penangguhan untuk vaksin J&J setelah pembekuan darah yang tidak biasa terjadi pada 6 dari 6,8 juta orang yang telah menerima vaksin J&J.
Keenamnya pernah mengalami jenis pembekuan darah langka di otak yang disebut trombosis sinus vena sentral yang dapat menyebabkan sakit kepala atau stroke.
Menurut data, gumpalan darah langka telah terjadi pada tahun tertentu pada lima dari setiap satu juta orang.
Dengan penangguhan sementara, regulator berharap mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana mengkomunikasikan risiko itu kepada mereka yang menerima vaksin.
Data yang dibagikan pada hari Jumat pada pertemuan penasihat CDC menemukan bahwa 15 orang telah mengalami gumpalan langka setelah menerima suntikan J&J.
Semuanya perempuan, dan tiga dari 15 kasus berakibat fatal.
Menurut data yang dipresentasikan pada panel CDC, wanita di bawah 50 memiliki risiko lebih tinggi mengalami pembekuan darah dibandingkan dengan wanita yang berusia di atas 50 maupun pria.
Baca juga: Viral Uang Koin Bisa Menempel di Bekas Suntikan Vaksin Covid-19, Epidemiolog: Ini Hal Biasa
Berita lain terkait Vaksin Covid-19
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)