"Kucing itu dibawa pergi dan keluarganya dijatuhi hukuman 20 hari isolasi," kata sumber itu.
"Mereka dibawa ke sebuah fasilitas (dan tidak diizinkan untuk tinggal) di rumah mereka sendiri," kata sumber.
Sumber ini mengatakan bahwa banyak orang mempertanyakan mengapa pihak berwenang berusaha keras untuk menangkap kucing tersebut.
Padahal menurut publik, kucing itu tidak akan bisa menyeberangi sungai dari China ke Korut atau sebaliknya.
Korea Utara Dilanda Kelaparan
Di tengah pandemi Covid-19 ini, Korea Utara diyakini sedang mengalami krisis ekonomi oleh mayoritas pengamat dan ahli.
Namun besar krisisnya tidak bisa digambarkan, karena negara komunis ini menutup semua perbatasan hingga aliran informasi sejak pandemi corona.
"Saya mendengar bahwa situasinya mengerikan. Aksesibilitas makanan terbatas dan orang-orang kesulitan mengakses kebutuhan sehari-hari," kata Lina Yoon, pengamat Korea Utara di Human Rights Watch kepada DW.
Gara-gara Idap Penyakit, Diam-diam Panji Petualang Hijrah, Sadar Harus Rajin Ibadah: Bukan Islam KTP
Dulu Heboh Gara-gara Dinikahi Pria Turki, Pedangdut Ini Diam-diam Sudah Cerai, Nasibnya Kini Disorot
Michael Madden, seorang ahli Korea Utara mengatakan ada laporan bahwa selama setahun terakhir, para elit Korut mencoba menjual aset mereka secara ilegal.
Benda-benda seperti perhiasan emas itu nekat dijual di perbatasan China yang dijaga ketat.
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un berulang kali menyebutkan situasi serius yang terjadi pada perekonomian negara itu.
Baca juga: Update Corona Global 28 Mei 2021 Siang: India Catat 27,5 Juta Kasus Infeksi Covid
Baca juga: Penularan Virus Corona B.1.617 Disebut 3,35 Kali Lebih Cepat, dari 14 Kasus Menularkan ke 31 Nakes
Pada pertemuan partai yang berkuasa Januari lalu, dia mengatakan rencana ekonomi lima tahunnya gagal "di hampir semua bidang."
Bulan lalu, pemimpin otoriter itu meminta penduduk untuk bersiap menghadapi 'Maret yang Sulit'.
Istilah ini merupakan propaganda halus yang digunakan rezim untuk merujuk pada bencana kelaparan di pertengahan 1990an, yang diyakini membunuh 1 hingga 3 juta orang karena kelaparan.
Madden mengatakan rezim menggunakan pandemi sebagai alasan untuk memperketat kontrol sosial terhadap penduduk.
Dia mengaku curiga bahwa kejadian yang merujuk pada peristiwa seperti kelaparan memiliki maksud politik yang jelas.
Berita terkait Virus Corona
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)