TRIBUNNEWS.COM, KASHMIR – Jumat (28/5) malam, Shoaib Bashir Mir (24) menelepon temannya Muhammad Abbas dari sebuah kebun apel di Desa Avil di Distrik Kulgam, wilayah Kashmir yang dikuasai India.
Mir meminta Abbas untuk mengunggah video yang dibuatnya di media sosial. Dalam video tersebut, Mir merekam pesan terakhirnya.
“Saya mengorbankan diri saya untuk semua guru yang telah kehilangan gaji mereka selama dua setengah tahun sekarang, sehingga masalah mereka diselesaikan,” katanya.
”Gaji ayah saya telah dipotong dan hidup kami menjadi sengsara di luar imajinasi,” katanya, suara tersedak.
Mir, mahasiswa magister psikologi tahun kedua, mengatakan dia mengakhiri hidupnya dengan mengonsumsi racun dan meminta keluarganya untuk bersabar.
Baca juga: India dan Pakistan Memanas, Kini Rebutan Soal Peta Baru untuk Wilayah Kashmir
Mir sempat dibawa ke rumah sakit di kota utama Srinagar, namun nyawanya tak tertolong. Ia meninggal dua hari kemudian.
Kematian Mir mengungkap potret buram nasib pegawai pemerintah di Kashmir yang dikelola India, termasuk ayah Bashir Ahmad Mir.
Gaji mereka tak dibayar selama bertahun-tahun karena hubungan masa lalu mereka dengan pemberontakan bersenjata di wilayah yang disengketakan.
Wilayah Kashmir di Himalaya terbagi dua, antara Kashmir India dan Kashmir Pakistan, sejak kedua negara memperoleh kemerdekaan mereka dari pemerintahan Inggris pada tahun 1947.
Ketika pemberontakan bersenjata melawan pemerintahan India terbentuk di Kashmir yang dikelola India pada awal 1990-an, ribuan pemuda Kashmir menyeberang ke pihak Pakistan untuk menjalani pelatihan senjata.
Baca juga: Tokoh Jammu Kashmir Serukan Solidaritas Nasional India Hadapi Gempuran Covid-19
Ribuan pemberontak sejak itu tewas dalam baku tembak dengan pasukan keamanan India, sementara ratusan lainnya menyerahkan senjata. Mereka yang menyerah dilantik menjadi pegawai pemerintah dalam dua dekade terakhir.
Namun, situasi berubah setelah India pada 2019 menghapus status khusus kawasan itu dan membawanya di bawah kendali pemerintah federal.
Sejak itu, New Delhi telah memperketat cengkeramannya terhadap hampir 500.000 pegawai pemerintah, dengan alasan "keamanan negara". Dalam dua bulan terakhir, setidaknya enam warga Kashmir diberhentikan dari pekerjaan mereka.
Di departemen pendidikan wilayah saja, para pejabat mengatakan, ada hampir 150 guru yang gajinya ditahan selama hampir dua tahun, 65 di antaranya mantan pemberontak, seperti ayah Mir, Bashir.