Catatan polisi menunjukkan bahwa Bashir adalah mantan pemberontak yang menyeberang ke Pakistan untuk pelatihan senjata pada awal 1990-an.
Baca juga: Covid-19 di India: Jenazah Pasien yang Hanyut di Sungai Dilaporkan Dimakan Anjing Liar
Menurut catatan, dia ditangkap pada tahun 1996 di bawah Undang-Undang Keamanan Publik, sebuah undang-undang di mana seseorang dapat dipenjara hingga satu tahun atau lebih tanpa jaminan.
Pada bulan Desember 1999, pengadilan setempat membebaskannya dari semua tuduhan.
Dia diangkat sebagai guru sementara dengan gaji bulanan yang kecil sebesar 1.500 rupee India (sekitar Rp 300 ribu) untuk lima tahun pertama.
Pada tahun 2013, statusnya dinaikkan menjagi guru tetap, dengan laporan polisi menyebut Bashir “saat ini diam dan sibuk dengan pekerjaannya”.
“Suami saya bekerja sangat keras sebagai guru. Dia mengajar anak-anak suku. Bahkan di saat kelas online, dia pergi ke rumah mereka karena mereka tidak memiliki smartphone,” kata istri Bashir, Jameela, kepada Al Jazeera di rumah mereka.
Baca juga: Muncul Infeksi Jamur Aspergillosis di India, Ditemukan pada Pasien Covid-19 yang Baru Sembuh
“Bahkan polisi dalam laporannya mengatakan dia sibuk dengan pekerjaannya,” katanya.
Jameela menambahkan, suaminya menerima gajinya secara teratur hingga Maret 2019 ketika dihentikan oleh departemen untuk “verifikasi ulang hubungan masa lalunya dengan militansi”.
Jameela mengatakan putranya "dipaksa mengambil langkah ekstrem" untuk mengakhiri hidupnya sendiri karena "pelecehan pemerintah terhadap orang miskin seperti kita".
Keluarga Bashir mengalami kesulitan keuangan untuk memenuhi biaya pendidikan ketiga anak mereka. Mir mengejar masternya, kakak laki-lakinya Ehsan baru saja menyelesaikan kursus tekniknya, sementara adik perempuan mereka mengejar gelar sarjana seni.
Jameela mengatakan mereka telah mengambil pinjaman pendidikan untuk anak-anak, dan mereka tidak mampu membayarnya sekarang.
Baca juga: Warga India Mulai Sembah Dewi Korona, Patung Dewi Korona Dimandikan dengan Air Kunyit dan Susu
“Kedua putra saya mendapat pendidikan setelah kami mendapat pinjaman, tetapi sekarang kami tidak memiliki sumber daya untuk membayar kembali. Dalam beberapa hari terakhir, bank telah memaksa kami untuk membayar. Anak saya merasa frustrasi dan tidak berdaya,” katanya.
Setelah mengkonsumsi racun di kebun, menurut Jameela, Mir berjalan ke rumahnya satu kilometer (0,6 mil) jauhnya dan memeluknya untuk terakhir kalinya.
“Wajahnya menjadi pucat dan matanya terlihat hitam. Saya bertanya kepadanya apa yang terjadi. Dia hanya berkata: 'Ibu, mengapa kita begitu miskin?' kata Jameela.