TRIBUNNEWS.COM – Konflik Palestina-Isrel di Jalur Gaza selama 11 hari lalu, menimbulkan korban jiwa yang tidak seimbang antara korban di pihak Palestina dan di pihak Isreal.
Konflik yang ditandai Israel serang Jalur Gaza dan dibalas dengan serangan roket Hamas ini juga menandai ada pergeseran pandangan di dunia luar.
Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, Israel tampaknya makin kehilangan dukungan di Amerika Serikat. Sejumlah anggota parlemen mempertanyakan kebijakan pro-Israel pemerintah mereka.
“Ini bukan tentang kedua belah pihak,” kata anggota Kongres AS Alexandria Ocasio-Cortez dalam pidatonya. “Ini tentang ketidakseimbangan kekuatan, yang condong mendukung Israel sebagian besar karena dukungan militer dan diplomatik Amerika,” katanya.
“Presiden telah mengatakan bahwa Israel memiliki hak untuk membela diri. Tetapi apakah orang Palestina memiliki hak untuk bertahan hidup?” ujar Ocasio-Cortez.
Baca juga: TANGIS Pilu Warga Gaza Kehilangan Keluarga dalam Serangan Udara Zionis Israel
Rekannya, Rashida Tlaib, mengungkapkan seruan yang cukup emosional dalam pidatonya di Kongres AS, saat dia menceritakan kisah ketidakberdayaan seorang ibu Palestina.
“Dia bilang malam ini saya menidurkan anak-anak di kamar kami sehingga ketika kami mati, kami mati bersama. Dan tidak ada yang akan hidup untuk meratapi kehilangan orang lain,” kata Tlaib sambil menangis.
“Kisah ini semakin menghancurkan saya karena kebijakan dan pendanaan negara saya akan menyangkal hak ibu ini untuk melihat anak-anaknya hidup, anak-anaknya sendiri hidup, tanpa rasa takut,” katanya.
Di antara lebih dari 250 warga Palestina yang tewas dalam serangan udara Israel selama 11 hari lalu, 66 orang adalah anak-anak.
The New York Times menampilkan wajah-wajah mereka di halaman depannya. Sementara berbagai publikasi Amerika dan jaringan berita memberikan lebih banyak ruang bagi suara-suara muda Palestina selama bentrokan.
Baca juga: Penangkapan Massal Warga Palestina karena Dukung Protes Serangan Israel ke Gaza
Pergeseran persepsi Amerika mungkin semakin mencolok dilihat dari betapa antagonisnya kebijakan pemerintahan Trump terhadap tuntutan Palestina.
Sebuah jajak pendapat baru-baru ini mengungkapkan bahwa kesan Israel masih positif di AS. Tetapi, simpati terhadap Palestina telah meningkat selama dua tahun terakhir, saat Amerika berjuang melawan diskriminasi rasial di negara mereka sendiri.
Survei Gallup tentang pandangan orang Amerika tentang konflik Israel-Palestina, menunjukkan bahwa orang dewasa yang lebih muda dan Demokrat liberal semakin berpihak ke Palestina dalam konflik ini.
Bahkan survei gallup dalam laporan thaunannya, yang dilakukan sebelum kekerasan di Gaza baru-baru ini menyebutkan, bahwa pahkan pandangan Partai Republik terhadap Otoritas Palestina meningkat tahun ini.