TRIBUNNEWS.COM - Partai oposisi Israel pada Rabu malam (2/6/2021) mengumumkan telah membentuk kesepakatan koalisi.
Peristiwa politik terbaru di Israel ini disebut membuka jalan bagi keluarnya sang Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dari jabatannya, yang telah dipangkunya selama 12 tahun.
Dilansir CNN, pemimpin partai tengah Yesh Atid, Yair Lapid memberi tahu Presiden Israel Reuven Rivlin bahwa dia telah berhasil membentuk koalisi, hanya 38 menit sebelum batas waktu tengah malam.
Meskipun Lapid memegang mandat untuk membentuk pemerintahan berdasarkan perjanjian tersebut, Naftali Bennett, pemimpin partai kecil sayap kanan Yamina yang akan menjadi perdana menteri untuk dua tahun pertama.
Baca juga: WHO: Hampir 200 Ribu Warga Palestina Butuhkan Bantuan Medis setelah Konflik Hamas-Israel di Gaza
Baca juga: Kepala UNRWA Desak Israel Batalkan Penggusuran Warga Palestina di Yerusalem
Lapid akan menjabat sebagai menteri luar negeri, sampai keduanya bertukar peran di tengah masa jabatan.
Dalam sebuah pernyataan, Lapid mengatakan "pemerintah akan bekerja untuk melayani semua warga Israel termasuk mereka yang bukan anggotanya, akan menghormati mereka yang menentangnya, dan melakukan segala daya untuk menyatukan semua bagian masyarakat Israel."
Kesepakatan itu adalah peristiwa seismik dalam sejarah politik Israel baru-baru ini karena bisa berarti hari-hari terakhir dari 12 tahun Netanyahu menjabat.
Perjanjian koalisi sekarang harus melewati mosi percaya di Knesset, parlemen Israel, sebelum pemerintah baru dan perdana menteri dilantik.
Pemerintah baru terdiri dari sejumlah partai dari seluruh spektrum politik, dari sayap kiri Meretz hingga partai Yamina sayap kanan Bennett.
Dalam momen bersejarah, partai kecil United Arab List juga memutuskan untuk bergabung dengan koalisi, pertama kalinya sebuah partai Arab-Israel bergabung dalam koalisi.
Partai tidak mungkin memiliki menteri di pemerintahan, tetapi akan bernegosiasi dengan koalisi mengenai isu-isu penting bagi mereka.
Tidak banyak yang menyatukan partai-partai selain keinginan mereka untuk menggulingkan Netanyahu, dan pihak-pihak tersebut berbeda dalam sikap mereka pada beberapa masalah negara yang paling mendesak, terutama hubungan dengan Palestina .
Baca juga: Detik-detik Terakhir Partai Oposisi Israel Membentuk Pemerintahan untuk Gulingkan Benjamin Netanyahu
Baca juga: Israel Hari Ini Lakukan Pemilihan Presiden untuk Gantikan Reuven Rivlin
Bennett adalah putra imigran Amerika dan mantan komando elit di militer Israel yang menghasilkan jutaan dolar di industri teknologi Israel.
Ia sebelumnya menjabat sebagai menteri pertahanan, ekonomi dan pendidikan di bawah Netanyahu, tetapi secara politik bahkan lebih sayap kanan daripada pemimpin lama Israel dalam masalah-masalah tertentu, terutama yang berkaitan dengan hubungan dengan Palestina.