News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Partai Oposisi Israel Capai Kesepakatan Koalisi, Buka Jalan bagi Keluarnya Netanyahu dari Jabatannya

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemimpin partai Yemina Israel, Naftali Bennett, menyampaikan pernyataan politik di Knesset, Parlemen Israel, di Yerusalem, pada 30 Mei 2021. Kelompok garis keras nasionalis Naftali Bennett mengatakan hari ini dia akan bergabung dengan koalisi pemerintahan yang dapat mengakhiri pemerintahan pemimpin terlama di negara itu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

TRIBUNNEWS.COM - Partai oposisi Israel pada Rabu malam (2/6/2021) mengumumkan telah membentuk kesepakatan koalisi.

Peristiwa politik terbaru di Israel ini disebut membuka jalan bagi keluarnya sang Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dari jabatannya, yang telah dipangkunya selama 12 tahun.

Dilansir CNN, pemimpin partai tengah Yesh Atid, Yair Lapid memberi tahu Presiden Israel Reuven Rivlin bahwa dia telah berhasil membentuk koalisi, hanya 38 menit sebelum batas waktu tengah malam.

Meskipun Lapid memegang mandat untuk membentuk pemerintahan berdasarkan perjanjian tersebut, Naftali Bennett, pemimpin partai kecil sayap kanan Yamina yang akan menjadi perdana menteri untuk dua tahun pertama.

Baca juga: WHO: Hampir 200 Ribu Warga Palestina Butuhkan Bantuan Medis setelah Konflik Hamas-Israel di Gaza

Baca juga: Kepala UNRWA Desak Israel Batalkan Penggusuran Warga Palestina di Yerusalem

Pemimpin oposisi sentris Israel Yair Lapid menyampaikan pernyataan kepada pers di Knesset (parlemen Israel) di Yerusalem pada 31 Mei 2021. Lapid mengatakan "banyak rintangan" masih ada sebelum koalisi yang beragam untuk menggulingkan Perdana Menteri sayap kanan yang sudah lama menjabat, Benjamin Netanyahu dapat disepakati. (DEBBIE HILL / POOL / AFP)

Lapid akan menjabat sebagai menteri luar negeri, sampai keduanya bertukar peran di tengah masa jabatan.

Dalam sebuah pernyataan, Lapid mengatakan "pemerintah akan bekerja untuk melayani semua warga Israel termasuk mereka yang bukan anggotanya, akan menghormati mereka yang menentangnya, dan melakukan segala daya untuk menyatukan semua bagian masyarakat Israel."

Kesepakatan itu adalah peristiwa seismik dalam sejarah politik Israel baru-baru ini karena bisa berarti hari-hari terakhir dari 12 tahun Netanyahu menjabat.

Perjanjian koalisi sekarang harus melewati mosi percaya di Knesset, parlemen Israel, sebelum pemerintah baru dan perdana menteri dilantik.

Pemerintah baru terdiri dari sejumlah partai dari seluruh spektrum politik, dari sayap kiri Meretz hingga partai Yamina sayap kanan Bennett.

Dalam momen bersejarah, partai kecil United Arab List juga memutuskan untuk bergabung dengan koalisi, pertama kalinya sebuah partai Arab-Israel bergabung dalam koalisi.

Partai tidak mungkin memiliki menteri di pemerintahan, tetapi akan bernegosiasi dengan koalisi mengenai isu-isu penting bagi mereka.

Tidak banyak yang menyatukan partai-partai selain keinginan mereka untuk menggulingkan Netanyahu, dan pihak-pihak tersebut berbeda dalam sikap mereka pada beberapa masalah negara yang paling mendesak, terutama hubungan dengan Palestina .

Baca juga: Detik-detik Terakhir Partai Oposisi Israel Membentuk Pemerintahan untuk Gulingkan Benjamin Netanyahu

Baca juga: Israel Hari Ini Lakukan Pemilihan Presiden untuk Gantikan Reuven Rivlin

Pemimpin partai Yemina Israel, Naftali Bennett, menyampaikan pernyataan politik di Knesset, Parlemen Israel, di Yerusalem, pada 30 Mei 2021. Kelompok garis keras nasionalis Naftali Bennett mengatakan hari ini dia akan bergabung dengan koalisi pemerintahan yang dapat mengakhiri pemerintahan pemimpin terlama di negara itu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. (YONATAN SINDEL / POOL / AFP)

Bennett adalah putra imigran Amerika dan mantan komando elit di militer Israel yang menghasilkan jutaan dolar di industri teknologi Israel.

Ia sebelumnya menjabat sebagai menteri pertahanan, ekonomi dan pendidikan di bawah Netanyahu, tetapi secara politik bahkan lebih sayap kanan daripada pemimpin lama Israel dalam masalah-masalah tertentu, terutama yang berkaitan dengan hubungan dengan Palestina.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini