TRIBUNNEWS.COM - Inilah rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dalam 24 jam terakhir.
Joe Biden menjadi presiden Amerika Serikat pertama yang mengunjungi lokasi pembantaian Tulsa, 100 tahun sejak momen kekerasan rasial di negara itu terjadi.
Sementara itu, pria 41 tahun asal Jiangsu, China, dikonfirmasi sebagai kasus pertama virus flu burung varian langka H10N3.
Tiga bom mengguncang ibu kota Afghanistan, Kabul, sehingga menewaskan sedikitnya 10 orang dan membuat kota itu gelap gulita, Selasa (1/6) malam.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyetujui vaksin virus corona (COVID-19) Sinovac untuk penggunaan darurat, Selasa (1/6/2021).
1. Joe Biden Jadi Presiden AS Pertama yang Peringati Pembantaian di Tulsa, Kunjungi Situs Bersejarah
Joe Biden menjadi presiden Amerika Serikat pertama yang mengunjungi lokasi pembantaian Tulsa, 100 tahun sejak momen kekerasan rasial di Amerika itu terjadi.
Ratusan orang kulit hitam dibunuh oleh massa kulit putih di Tulsa antara tanggal 31 Mei hingga 1 Juni 1921.
Selasa (1/6/2021) waktu setempat, Biden mengheningkan cipta di Greenwood Cultural Center untuk para korban pembunuhan massal, bersama tiga orang yang selamat.
Viola Fletcher, Hughes Van Ellis dan Lessie Benningfield Randle menjadi saksi hidup saat pembunuhan terjadi di Tulsa, Oklahoma, Sky News melaporkan.
Biden berkata, "Sudah terlalu lama sejarah tentang apa yang terjadi di sini diceritakan dalam diam."
"Rekan-rekan Amerika saya, ini bukan kerusuhan."
Baca juga: Amerika Dibantu Denmark Mata-Matai Pejabat Tinggi Eropa, Biden Dilaporkan Terlibat
Baca juga: China Kecam Seruan Biden soal Asal-usul Virus Corona dan Tolak Teori Kebocoran Laboratorium Wuhan
"Ini adalah pembantaian, dan termasuk yang terburuk dalam sejarah kita."
"Tapi ini bukan satu-satunya."
2. China Laporkan Kasus Flu Burung H10N3 Pertama pada Manusia
Pria 41 tahun asal Jiangsu, China, dikonfirmasi sebagai kasus pertama virus flu burung varian langka H10N3.
Laporan tersebut diungkap oleh Komisi Kesehatan Nasional (NHC) Beijing pada Selasa (1/6/2021), Reuters melaporkan.
Pasien tersebut dirawat di rumah sakit pada 28 April 2021 lalu.
Ia kemudian didiagnosis H10N3 pada 28 Mei, kata komisi kesehatan.
Komisi kesehatan tidak memberikan rincian tentang bagaimana pria itu terinfeksi.
Akan tetapi sekarang kondisinya sudah stabil dan siap untuk dipulangkan.
Banyak jenis flu burung yang terdeteksi di China.
Baca: Gejala Covid-19 Mirip Flu Banyak Tak Disadari, Analisa Epidemiolog: Picu Penularan Makin Tinggi
Baca: Sejak Akhir November 2020, Korea Selatan Sudah Laporkan 44 Kasus Flu Burung
Beberapa jenis flu burung dapat menginfeksi orang secara sporadis, biasanya mereka yang bekerja dengan unggas.
3. Tiga Bom Meledak di Afghanistan, 10 Orang Tewas Belasan Luka-luka
Tiga bom mengguncang ibu kota Afghanistan, Kabul, sehingga menewaskan sedikitnya 10 orang dan membuat kota itu gelap gulita, Selasa (1/6) malam.
Wakil Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, Said Hamid Rushan, mengtakan dua bom meledak secara berurutan di lokasi terpisah di lingkungan Kabul barat Selasa malam, menewaskan sedikitnya 10 orang dan melukai belasan lainnya.
Sementara Juru Bicara Departemen Pasokan Listrik Pemerintah, Sangar Niazai, mengatakan bom ketiga merusak parah stasiun jaringan listrik di Kabul utara.
Rushan mengatakan, dua pemboman awal, keduanya menargetkan minivan, terjadi di sebagian besar daerah etnis Hazara di ibu kota.
Bom pertama meledak di dekat rumah seorang pemimpin terkemuka Hazara, Mohammad Mohaqiq, dan di depan sebuah masjid Syiah. Mayoritas komunitas Hazara adalah Muslim Syiah.
Baca juga: Minibus yang Angkut Dosen dan Mahasiswa di Afghanistan Jadi Target Serangan Bom, 4 Orang Tewas
Bom kedua juga menargetkan sebuah minivan tetapi Rushan mengatakan rinciannya masih ditindaklanjuti.
Polisi menutup kedua area tersebut dan para penyelidik sedang menyeleksi puing-puing.
Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas pengeboman tersebut.
Afiliasi ISIL (ISIS) yang beroperasi di Afghanistan sebelumnya telah menyatakan perang terhadap minoritas Muslim Syiah, yang merupakan sekitar 20 persen dari mayoritas negara Muslim Sunni yang berpenduduk 36 juta orang.
Afiliasi ISIS sebelumnya mengaku bertanggung jawab atas beberapa serangan di pembangkit listrik Afghanistan di Kabul dan di beberapa provinsi lainnya Mei lalu.
Baca juga: Genjatan Senjata 3 Hari yang Disepakati Taliban-Afghanistan untuk Hormati Idul Fitri Mulai Berlaku
4. Setelah Vaksin COVID-19 Sinopharm, Sinovac Jadi Vaksin Kedua China yang Disetujui WHO
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyetujui vaksin virus corona (COVID-19) Sinovac untuk penggunaan darurat, Selasa (1/6/2021).
Dikutip dari Channel News Asia, vaksin Sinovac adalah vaksin kedua dari China yang menerima lampu hijau dari WHO.
Badan kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu menandatangani vaksin dua dosis CoronaVac dari perusahaan yang berbasis di Beijing, Sinovac, yang sudah digunakan di beberapa negara di seluruh dunia.
Dikatakan Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, vaksin Sinovac disetujui karena telah terbukti aman, efektif, dan terjamin kualitasnya.
Selain itu, vaksin Sinovac juga memiliki persyaratan penyimpanan yang mudah, sehingga cocok untuk pengaturan sumber daya rendah.
Baca juga: Menkes Canangkan Vaksinasi Covid-19 bagi Kaum Disabilitas
Baca juga: UPDATE Haji 2021: Bio Farma Siap Lobi Vaksin Johnson & Johnson, Menag Siapkan Skenario Keberangkatan
"Saya senang mengumumkan bahwa vaksin Sinovac-CoronaVac telah diberikan daftar penggunaan darurat WHO setelah terbukti aman, efektif, dan terjamin kualitasnya."
"Persyaratan penyimpanan yang mudah dari CoronaVac membuatnya sangat cocok untuk pengaturan sumber daya rendah."
"Sekarang sangat penting untuk mendapatkan alat yang menyelamatkan jiwa ini kepada orang-orang yang membutuhkannya dengan cepat," kata Tedros dalam konferensi pers.
WHO mengatakan daftar penggunaan darurat atau emergency use listing (EUL) memberi negara, penyandang dana, lembaga pengadaan dan masyarakat jaminan bahwa vaksin telah memenuhi standar internasional.
Diketahui, selain vaksin Sinovac dan Sinopharm, WHO telah memberikan status EUL untuk vaksin yang dibuat oleh Pfizer/BioNTech, Moderna, Johnson & Johnson, dan AstraZeneca yang diproduksi di India, Korea Selatan, dan Uni Eropa.
(Tribunnews.com)