Namun, sudah tampak ada masalah dalam pernikahan sejak awal.
Meskipun mereka menggelar prosesi pernikahan tradisional, pernikahan itu tidak terdaftar secara resmi.
Pengantin wanita disebut memiliki masalah rumah tangga yang menghalanginya untuk diakui secara hukum.
Pada bulan-bulan setelah pernikahan, sang istri sering meninggalkan kota dengan alasan untuk mengunjungi keluarganya atau untuk mengurus masalah pribadi.
Saat dia pergi, polisi menyebut saat itulah ia menipu pria lain dengan cara yang sama.
Secara total, wanita itu hanya menghabiskan 10 hari bersama suaminya dalam dua bulan pernikahan mereka.
Laporan polisi Mongolia, yang diperoleh SCMP, mengungkapkan total 19 pria ditipu oleh Li dan wanita lain yang terlibat.
Kerugian dilaporkan berjumlah total Rp4,4 miliar dalam bentuk hadiah uang dan mahar pernikahan selama dua tahun beraksi.
SCMP mengidentifikasi dalang lainnya selain Li bernama Dawa.
Keduanya telah bekerja bersama sejak Agustus 2019.
Mereka dilaporkan memiliki kaki tangan tambahan yang memainkan peran sebagai "wanita lajang yang siap dinikahkan" dan "kerabat pengantin wanita"di Gansu dan Mongolia Dalam.
Disebutkan bahwa korban laki-laki jatuh ke dalam skema pernikahan itu karena usia mereka yang lebih tua dan ketidakseimbangan populasi gender yang membuat jumlah laki-laki melebihi jumlah perempuan.
Karena kesulitan mencari pasangan, pria-pria itu lebih memilih jasa cari jodoh yang membuat mereka rentan terhadap tertipu.
Ini bukan satu-satunya berita pernikahan yang mengejutkan publik internasional dalam beberapa bulan terakhir.