TRIBUNNEWS.COM - Pria yang diduga telah menampar Presiden Prancis Emmanuel Macron langsung ditangkap dan diinterogasi aparat berwenang setempat.
Laporan media yang mengutip sumber yang dekat dengan penyelidikan mengatakan pada hari Rabu (9/6) menyebutkan, pria tersebut bernama Damien Tarel (28).
Ia kerap berlangganan beberapa saluran YouTube sayap kanan dan merupakan penggemar ilmu pedang abad pertengahan. Namun sejauh ini ia tidak memiliki catatan kriminal sebelumnya.
Pria tersebut masih dalam tahanan polisi pada hari Rabu. Ia diperkirakan akan didakwa menyerang seorang tokoh masyarakat, sehingga terancam hukuman penjara maksimum tiga tahun dan denda 45.000 euro (sekitar Rp 770 juta).
Peristiwa itu terjadi ketika Macron mendatangi dan menyapa warga saat Macron melakukan kunjungan ke sebuah kota kecil di kawasan Drome, Prancis selatan, Selasa lalu.
Baca juga: Ditampar Pria Tak Dikenal di Muka Umum, Ini Reaksi Presiden Prancis Emmanuel Macron
Kunjungan ini bagian dari rangkaian kunjungan Macron ke daerah-daerah setelah pandemic melanda Prancis setahun terakhir. Selain itu, tur ini juga diperkirakan dalam rangka pemilihan presiden yang bakal berlangsung nanti.
Saat mendekati penghalang itulah, Tarel menampar Macron.
Rekaman video amatir dari serangan itu segera menyebar di media sosial.
Tarel, yang mengenakan T-shirt khaki, terlihat menampar Macron lalu meneriakkan “Ganyang Macronia” dan “Montjoie, Saint-Denis”, seruan perang tentara Prancis ketika negara itu berbentuk monarki.
Sebuah sumber yang dekat dengan penyelidikan menggambarkan Tarel sebagai seseorang yang "sedikit tersesat, sedikit culun, sedikit gamer".
Baca juga: Presiden Prancis Emmanuel Macron Ditampar Seorang Pria di Kerumunan
Dia mengelola klub penggemar seni bela diri lokal yang berfokus pada praktik seni bela diri Eropa bersejarah, termasuk ilmu pedang tradisional.
Menanggapi penamparan itu, Macron mengatakan dia tidak mengkhawatirkan keselamatannya, dan terus berjabat tangan dengan anggota masyarakat setelah dia dipukul.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Dauphine Libere setelah ditampar, Macron menyebut insiden itu sebagai "peristiwa yang terisolasi" dan salah satu dari "kebodohan".
“Anda tidak dapat memiliki kekerasan, atau kebencian, baik dalam ucapan atau tindakan. Kalau tidak, demokrasi itu sendiri yang terancam,” katanya.
Ini bukan pertama kalinya Macron telah menjadi sasaran kekecewaan warga Prancis.
Baca juga: Penampar Presiden Prancis Emmanuel Macron Terancam Penjara Tiga Tahun dan Denda Rp 770 Juta
Pada tahun 2016, ketika dia menjadi menteri ekonomi, dia dilempari telur oleh anggota serikat buruh kiri-keras atas reformasi perburuhan dan dua tahun kemudian dibiarkan terguncang setelah dia dicemooh oleh pengunjuk rasa anti-pemerintah.
Seorang juru bicara pemerintah mengatakan pada hari Rabu bahwa presiden Prancis akan terus menyapa orang banyak selama perjalanannya meskipun ada kekhawatiran atas keamanannya.
"Jelas perjalanannya akan berlanjut: presiden akan tetap berhubungan dengan publik Prancis," kata juru bicara pemerintah Gabriel Attal, Rabu.
“Akan sangat tidak dapat dipahami jika orang-orang kehilangan kontak dengan presiden karena individu yang terisolasi yang ingin menantang (dia),” tambah Attal. (Tribunnews.com/Aljazeera/Hasanah Samhudi)