News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Desa di India Ini Menolak Vaksin Covid-19 karena Takut akan Murka Dewa

Penulis: Rica Agustina
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penduduk Malana Bhudhi Devi melantunkan nama dewa lokal di rumahnya. -- Penduduk Desa Malana di India menolak vaksin Covid-19 karena takut murka dewa hingga sebut vaksin mengandung darah sapi dan ketika dikonsumsi membuat mereka tak suci.

TRIBUNNEWS.COM - Penduduk Desa Malana di India selama berbulan-bulan menolak vaksinasi virus corona (Covid-19).

Dikutip dari Aljazeera, mereka enggan divaksin karena dewan desa, otoritas agama, telah menghalangi upaya inokulasi dengan mengklaim bahwa dewa setempat, yang dikenal sebagai Jagadamani Rishi, tidak menyetujuinya.

Menurut penduduk desa, butuh sekitar lima bulan ritual, doa dan permohonan bagi dewa untuk menyampaikan persetujuannya kepada dewan mengenai vaksinasi.

Adapun izin dewa kemudian datang pada pertengahan Mei 2021 ketika India sedang mengalami gelombang kedua yang ganas dari pandemi virus corona.

Meski dewa telah memberi izin, namun hanya 1,8 persen penduduk desa yang datang untuk divaksinasi.

Baca juga: Komisi IX DPR Minta Pemerintah Tarik Lagi Rem Covid-19, agar Tak Seperti India

Baca juga: Update Corona Global 11 Juni 2021: Total Pasien Sembuh di Seluruh Dunia Lebih dari 159,5 Juta Orang

Sebab, penduduk desa mengklaim bahwa Jagadamani Rishi berbicara kepada mereka secara langsung melalui seorang wanita, pada dua hari sebelum kamp vaksinasi didirikan.

Diketahui, pada 22 Mei 2021, tim petugas kesehatan berjalan kaki sejauh 5 kilometer untuk mendirikan kamp vaksinasi Covid-19 di Malana.

Malana adalah sebuah desa terpencil Himalaya di negara bagian Himachal Pradesh, India utara.

Hanya 36 orang di desa dengan lebih dari 2.200 penduduk yang muncul untuk vaksianasi.

Hal ini karena dewa melalui wanita yang disebutkan penduduk, mengatakan kepada mereka untuk menghindari vaksin karena dia akan melindungi desa melalui 'kekuatan ilahinya'.

Sama halnya dengan penduduk Desa Malana, para ahli mengatakan misinformasi dan keraguan akan vaksin juga terjadi di banyak bagian perdesaan di India.

Di negara bagian barat Maharashtra, suku di Palghar percaya bahwa mereka tidak dapat terinfeksi karena mereka bekerja di bawah sinar matahari.

Komunitas Potraj di Ghats Barat India mengklaim dewi mereka Kadak Lakshmi telah mengatakan kepada mereka bahwa mereka tidak perlu divaksin.

Kemudian di distrik Sirohi Rajasthan, suku yang tinggal di Pegunungan Aravali juga menolak vaksinasi.

Di negara bagian timur Jharkhand, beberapa orang menolak vaksin dan melakukan havan (ritual suci) untuk menjauhkan infeksi.

Namo Devi, depan, putrinya Jiti Devi dan menantunya Balma Devi menggendong bayi laki-lakinya, beristirahat saat trekking ke desa Malana (Srishti Jaswal/Al Jazeera)

Sebagai informasi, India memulai upaya vaksinasi virus corona pada Januari 2021, dimulai dengan warga lanjut usia.

Setelah menghancurkan kota-kota di India, gelombang kedua virus yang menghancurkan kini melanda desa-desanya, yang hampir tidak memiliki infrastruktur kesehatan.

Anant Bhan, seorang peneliti yang mempelajari kesehatan global, bioetika dan kebijakan kesehatan, mengatakan kepada Aljazeera bahwa situasinya mengkhawatirkan.

"Saat ini, India tidak memiliki cukup vaksin. Bahkan jika entah bagaimana mengelola stok, upaya imunisasi tidak akan berhasil jika celah ini tidak ditutup. Ini adalah salah satu komunitas yang paling rentan," katanya, merujuk pada penduduk di daerah terpencil yang sebagian besar adalah perdesaan.

Tentang Desa Malana

Malana cukup terkenal dengan Krim Malana, termasuk di antara ganja termahal di dunia yang menjadikan desa ini sebagai pusat wisata narkoba di Himachal Pradesh.

Terletak di dataran tinggi sempit di 2.650 meter, di antara lembah Parvati dan Kullu, desa ini dikelilingi oleh ganja liar di satu sisi dan sungai yang mengalir di sisi lain.

Tanpa jalan beraspal yang mencapai desa, penduduk melewati salju di musim dingin dan lumpur saat hujan.

Isolasi secara geografi dari waktu ke waktu berkembang menjadi pengasingan yang dipaksakan sendiri karena desa dijauhi dari dunia luar, termasuk pemerintah lokal, dan percaya pada aturan Jagadamani Rishi.

Hanya umat Hindu dari kasta yang lebih istimewa yang diizinkan masuk ke dalam desa, sementara Dalit (sebelumnya disebut sebagai 'tak tersentuh'), Muslim dan Kristen tidak diizinkan bahkan menyentuh tembok di Malana.

Baca juga: Diduga Berawal Acara Keagamaan, Muncul Klaster Baru Covid-19 di Ngrangsan Sleman, 36 Orang Positif

Baca juga: Kelompok Negara G7 Sepakat Donasikan 1 Miliar Vaksin untuk Masyarakat Dunia Tahun 2022

Bagi mereka yang melanggar aturan tersebut, penduduk Malana akan mendenda mereka.

Lebih lanjut, Aljazeera bertemu Namo Devi, putrinya Jiti Devi dan menantunya Balma Devi saat mereka berjalan kaki ke desa.

Mereka mengatakan tidak ada dari mereka yang divaksinasi.

"Ketika selama lebih dari setahun tidak ada kasus virus corona di Malana, mengapa mereka harus divaksinasi sekarang?" tanya Namo Devi.

Sabheya Devi, penduduk desa lainnya, sangat yakin bahwa dewa mereka akan melindungi mereka.

"Kami diberkati oleh Jamlu Devta," katanya kepada Al Jazeera, mengacu pada nama lain yang digunakan dewa di desa tersebut.

Menurut mitologi Hindu, Jagadamani Rishi adalah salah satu dari tujuh resi besar, bersama-sama disebut Saptarishi, yang dalam bahasa Sansekerta, sap berarti tujuh dan rishi adalah seorang bijak.

Petugas Kesehatan di Desa Malana

Seringkali, kepercayaan yang teguh pada dewa lokal bertabrakan dengan sains modern, dengan penduduk desa yang percaya pengobatan modern bertentangan dengan budaya mereka.

Pada 2015, Nirma Devi menjadi satu-satunya petugas kesehatan masyarakat Malana.

Nirma Devi, satu-satunya petugas kesehatan masyarakat di desa Malana (Srishti Jaswal/Al Jazeera)

Dia menjelaskan bagaimana upaya vaksinasi untuk anak-anak terhadap polio dan penyakit lainnya disambut dengan tanggapan hangat di desa.

"Selama kamp vaksinasi pertama, hanya dua anak yang muncul. Orang tua tidak akan pernah setuju untuk memvaksinasi anak-anak mereka."

"Saya kemudian memutuskan untuk mengunjungi setiap rumah di desa untuk meyakinkan orang tua mereka. Sebulan kemudian, ada 10 anak yang muncul," jelas Nirma.

Dikatakan Nirma, setiap dirinya membujuk penduduk desa untuk divaksinasi, minum suplemen, atau melahirkan anak-anak di rumah sakit, mereka mempertanyakan bagaimana dengan dewa Jamlu Devta.

"Setiap kali saya mendorong mereka untuk divaksinasi, minum tablet zat besi atau vitamin, atau melahirkan anak-anak mereka di rumah sakit, mereka bertanya kepada saya: 'Apa yang akan dikatakan Jamlu Devta?'," kata Nirma.

Diakui Nirma, dia juga percaya pada dewa dan tidak berpikir bahwa ini adalah takhayul.

Sebab, jika ada yang tidak setuju dengan kehenda Jamlu Devta, maka dewa ini akan merusak ladang atau sesuatu yang buruk akan terjadi pada orang tersebut.

"Jika Anda tidak setuju dengan kehendak Jamlu Devta, dia akan merusak ladang Anda atau sesuatu akan terjadi pada keluarga Anda atau Anda akan jatuh sakit."

"Tidak ada yang bisa mengatakan tidak padanya. Nasib buruk akan datang kepada mereka yang akan berbicara buruk tentang dia," papar Nirma.

Baca juga: Selain Plasma Konvalesen, Ada Terapi Sel Punca Bantu Kesembuhan Pasien Covid-19

Baca juga: Semua yang Terlibat Olimpiade Jepang akan Divaksin 18 Juni di Kantor Pemda Tokyo

Sejak menjadi petugas kesehatan, Nirma mengaku telah terombang-ambing antara sains modern dan keyakinannya.

Tahun lalu, dia merasa harus meminta izin Jamlu Devta untuk pergi ke rumah sakit untuk perawatan anggota keluarga.

"Kebanyakan orang tua dan wanita yang ragu vaksin di Malana. Mereka percaya vaksin mengandung darah sapi dan jika mereka mengkonsumsinya, mereka akan menjadi tidak murni dan tidak suci. Itu dosa."

"Mereka telah membacanya di WhatsApp dan YouTube," kata Nirma.

Meski demikian, Nirma meyakini situasi tahun 2021 lebih baik dari tahun 2015.

"Pada 2015, orang-orang biasa mempermalukan saya karena meresepkan ilmu kedokteran. Sekarang setidaknya dewan desa mendukung," katanya, menambahkan bahwa dosis vaksin Covid-19 pertama di desa diambil oleh ketua dewan, Raju Ram.

Berita lain seputar Virus Corona

(Tribunnews.com/Rica Agustina)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini