News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Masyarakat di Hiji Oita Berencana Ajukan Permohonan Tempat Pemakaman Bagi Kalangan Muslim di Jepang

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dekan Teologi Universitas Doshisha Kyoto, Profesor Katsuhiro Kohara (55).

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Masyarakat muslim di Hiji Oita Jepang akan mengajukan permohonan ke Kementerian Kesehatan Jepang terkait tempat pemakaman bagi kaum muslim di Jepang, pada 17 Juni mendatang.

Namun rencana ini menurut Profesor Katsuhiro Kohara, Dekan Teologi Universitas Doshisha Kyoto kemungkinan akan memerlukan waktu lama untuk disetujui.

"Jepang memang memiliki karakter dan budaya yang berbeda dengan bangsa lain. Namun bukan berarti tidak bisa menerima kaum muslim. Hanya saja butuh waktu lama untuk sebuah pengertian tersebut."

"Demikian pula kalangan muslim juga mesti belajar mengenal dengan lebih baik kebiasaan dan adat budaya masyarakat Jepang. Saling menyesuaikan satu sama lain sehingga terjadi keseimbangan dan keharmonisan bersama nantinya. Cuma ya itu, butuh waktu lama," kata Dekan Teologi Universitas Doshisha Kyoto, Profesor Katsuhiro Kohara (55) kepada Tribunnews.com, Jumat (11/6/2021).

Profesor Kohara yang mempelajari Islam sejak tahun 1988 saat berada di Jerman sekitar 3,5 tahun, mengakui keadaan Jepang sedikit berbeda dengan di Eropa atau di Amerika.

"Kalau di Jepang bebas, Islam diterima dengan baik. Namun untuk beberapa hal perlu sosialisasi lebih banyak lagi. Misalnya soal pelajar SD bawa bento halal dari rumah, pakai busana muslim ke sekolah. Mestinya guru yang bersangkutan mau belajar pula mengenai Islam sehingga ikut mensosialisasikan hal itu kepada pelajar lainnya supaya tidak terjadi misalnya ijime (bully). Kalau gurunya juga mengerti Islam, tentu semua akan berjalan dengan baik," jelasnya.

Baca juga: Kerjasama dengan Perusahaan Jepang, Luna Maya Rilis NFT, Jumlahnya Terbatas

Namun mengenai tempat pemakaman kaum muslim dianggapnya tidak mudah.

"Masyarakat sekitar masih belum bisa menerima mengenai pemakaman kaum muslim karena umumnya di Jepang jasad yang meninggal dibakar dan ada yang ditaruh di klui abunya," kata dia.

Meskipun demikian ada beberapa kuil di Jepang menurut Profesor Katsuhiro Kohara yang bersedia menampung kalangan muslim untuk membuat pemakaman di tempat mereka.

"Saya dengar ada kuil yang bersedia menampung menjadikan lokasi pemakaman bagi kaum muslim di lokasinya. Orang Jepang itu hidup dengan kedamaian untuk kebersamaan dan bebas bagi tiap individu. Jadi mungkin saja pemakaman di lokasi kuil Jepang," ujarnya.

Saat ini menurutnya pemakaman muslim yang ada di Jepang masih sangat sedikit, hanya ada di Tokyo, Osaka dan Wakayama.

Rencananya kalangan muslim akan mengajukan permohonan ke Kementerian Kesehatan Jepang 17 Juni mendatang mengimbau agar pemerintah Jepang dapat menyediakan lokasi pemakaman bagi kalangan muslim di 47 prefektur yang ada di Jepang.

"Karena jumlah lokasi pemakaman sangat sedikit, memang agak repot kalau kaum muslim meninggal di Jepang, harus dimakamkan ke tempat yang jauh sekali," ujarnya.

Namun di masa mendatang dengan kesabaran dan pengertian bersama, Profesor Kohara percaya akan semakin banyak pemakaman muslim di Jepang.

Baca juga: Pemda Hachinohe Aomori Jepang Luncurkan Kotobal, untuk Komunikasi 12 Bahasa Termasuk Indonesia

"Tentu saja kaum muslim harus belajar cara kerja pemakaman di Jepang, bagaimana pengelolaannya dengan baik dan sebagainya agar sesuai pula dan bisa diterima kalangan masyarakat Jepang di sekitarnya. Sama-sama belajar sehingga bisa berkomunikasi dengan baik antara kedua pihak nantinya," kata dia.

Jumlah masjid pun dipercaya Kohara akan semakin banyak di Jepang di masa depan asalkan menyesuaikan dengan adat budaya Jepang serta mengikuti semua aturan yang ada.

"Di masjid itu bagus sebagai tempat saling tukar informasi banyak orang. Setiap Jumat berkumpul salat bersama. Lalu setelah itu berpencar kembali menjalankan kehidupan sehari-hari dengan baik," katanya.

Kalangan tua usia 50 tahunan ke atas diperkirakan memang masih banyak yang menentang kalangan muslim di Jepang. Namun kalangan muda bisa menerimanya asalkan mereka pun mau belajar mengenal Islam.

"Kalau kalangan mudanya mau mengenal Islam dengan baik, mungkin akan lebih cepat membaur kedua kelompok masyarakat dan berdampingan dengan baik dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari di masa mendatang," ujarnya.

Sementara itu Beasiswa dan upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui aplikasi zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini