TRIBUNNEWS.COM, CARBIS BAY - China menanggapi dengan keras pertemuan para pemimpin Kelompok Tujuh (G-7) yang berlangsung di Carbis Bay, Inggris. Pertemuan G-7 menghasilkan sejumlah konsensus untuk melawan kekuatan China.
Sebaliknya, China menantang eksistensi G-7 Minggu (13/6), dengan mengatakan kelompok negara “kecil” (merujuk pada G-7) sudah tidak lagi bisa memutuskan nasib dunia.
"Hari-hari ketika keputusan global didikte oleh sekelompok kecil negara sudah lama berlalu," kata Juru Bicara Kedutaan Besar China di London.
“Kami selalu percaya bahwa negara, besar atau kecil, kuat atau lemah, miskin atau kaya, adalah sama, dan bahwa urusan dunia harus ditangani melalui konsultasi oleh semua negara,” sebutnya.
Juru bicara China mengatakan satu-satunya sistem global yang valid adalah tatanan internasional yang didasarkan pada prinsip-prinsip Perserikatan Bangsa-Bangsa dan “bukan apa yang disebut aturan yang dirumuskan oleh sejumlah kecil negara.”
Baca juga: G7: Joe Biden Luncurkan Perencanaan Infrastrutur untuk Tandingi Prakarsa Sabuk dan Jalan China
Kebangkitan kembali Cina sebagai kekuatan global terkemuka dianggap sebagai salah satu peristiwa geopolitik paling signifikan akhir-akhir ini, di samping jatuhnya Uni Soviet pada 1991 yang mengakhiri Perang Dingin.
Tetapi kembalinya China sebagai kekuatan global telah mengkhawatirkan Amerika Serikat. Presiden Joe Biden menyebut China sebagai pesaing strategis utama dan telah berjanji untuk menghadapi “pelanggaran ekonomi” China dan melawan pelanggaran hak asasi manusia.
Para pemimpin G-7 (Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Jerman, Italia, Prancis, dan Jepang) berusaha Bersatu menghadapi Presiden Xi Jinping setelah ekonomi dan militer China bangkit dengan spektakuler dalam 40 tahun terakhir.
Para pemimpin G-7 mencoba menunjukkan kepada dunia bahwa negara-negara demokrasi terkaya ini dapat menawarkan alternatif bagi China. pengaruh yang berkembang.
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau memimpin diskusi G-7 tentang China pada hari Sabtu kemarin.
Baca juga: KTT G7: Singgung Rencana Dukung Negara Berpenghasilan Rendah dan Menengah Bangun Infrastruktur
G-7 berencana untuk menawarkan kepada negara-negara berkembang skema infrastruktur yang dapat menyaingi inisiatif Belt and Road Xi Jinping yang bernilai multi-triliun dolar.
Beijing telah berulang kali membalas apa yang dianggapnya sebagai upaya kekuatan Barat untuk menahan China.
China mengatakan banyak kekuatan besar masih dicengkeram oleh pola pikir kekaisaran yang ketinggalan zaman setelah bertahun-tahun mempermalukan China.
Sumber diplomatic, seperti dikutip dari The Straits Times, mengatakan komunike G-7 akan menyinggung soal Hong Kong dan wilayah Xinjiang di China. Dan ini sepertinya akan membuat gusar China.