TRIBUNNEWS.COM - Iran baru saja menggelar pemilihan presiden pada Jumat (18/6/2021) untuk menggantikan Hassan Rouhani yang telah menjabat selama dua periode berturut-turut.
Sehari setelahnya, Ebrahim Raisi dinyatakan keluar sebagai pemenang, mengalahkan tiga lawannya yaitu Abdolnaser Hemmati, Mohsen Rezaei, dan Amir Hossein Ghazizadeh Hashemi.
Kemenangan Ebrahim Raisi telah diprediksi sebelumnya.
Selain unggul di jajak pendapat, pemilu kali ini bahkan dianggap sebagai pemilu yang dirancang khusus untuk memenangkan Raisi, BBC melaporkan.
Banyak orang menghindari pemilihan, karena percaya pemilu itu direkayasa untuk mendukung Raisi, yang merupakan sekutu setia Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Baca juga: Peringatan Israel pada Dunia soal Presiden Baru Iran Ebrahim Raisi, Sebut sebagai Penjagal Teheran
Baca juga: Analisis Pengamat soal Israel Tuding Indonesia, Malaysia, dan Brunei Bohong Terkait Serangan Gaza
Lantas, seperti apa sosok Ebrahim Raisi?
Simak profilnya dilansir Al Jazeera.
Ebrahim Raisi, yang saat ini menjabat sebagai hakim agung Iran, menikmati dukungan luas dari politisi faksi konservatif dan garis keras.
Ia juga telah menduduki puncak jajak pendapat dengan selisih yang besar.
Seperti Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, Raisi mengenakan sorban hitam, menunjukkan bahwa dia adalah seorang sayyid – keturunan Nabi Muhammad.
Ulama berusia 60 tahun itu juga dipandang sebagai kandidat yang paling mungkin untuk menggantikan Khamenei yang berusia 82 tahun ketika dia meninggal.
Poin itu diangkat oleh lawan dalam debat presiden yang disiarkan televisi sebagai sesuatu yang mungkin membuatnya meninggalkan kursi kepresidenan jika dia memenangkannya.
Raisi dibesarkan di timur laut kota Mashhad, sebuah pusat keagamaan penting bagi Muslim Syiah di mana Imam Reza, imam Syiah kedelapan, dimakamkan.
Dia mengikuti seminari di Qom dan belajar di bawah bimbingan beberapa ulama terkemuka Iran.