Dia menambahkan bahwa kebijakan luar negeri pemerintahnya tidak dimulai dengan JCPOA dan tidak akan terbatas pada itu karena akan mencakup keseimbangan keterlibatan dengan dunia dan kawasan.
“Negosiasi apa pun yang menjamin kepentingan nasional kami, akan kami dukung tetapi kami tidak akan mengikat situasi ekonomi rakyat kami dengan negosiasi dan tidak akan membiarkan negosiasi demi negosiasi,” kata Raisi.
Baca juga: Presiden China Xi Jinping Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Ebrahim Raisi Sebagai Presiden Iran
Ditanya apakah dia akan bertemu dengan Presiden AS Joe Biden, jawabannya adalah "tidak".
Dia juga tidak menjawab pertanyaan apakah dia akan mempertahankan tim perunding saat ini yang dipimpin oleh Wakil Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi, seorang negosiator nuklir veteran.
Pembicaraan putaran keenam di Wina untuk memulihkan kesepakatan itu berakhir pada Minggu dengan delegasi mengatakan kesepakatan akhir sudah dekat tetapi beberapa masalah utama masih belum terpecahkan.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, yang bertemu dengan Raisi pada hari Senin atas permintaan presiden terpilih untuk membicarakan kesepakatan nuklir, mengatakan awal pekan ini bahwa dia yakin kesepakatan dapat dicapai sebelum Raisi menjabat pada awal Agustus.
Raisi menjadi presiden kedelapan Iran dalam pemilihan pada hari Jumat setlah diskualifikasi sejumlah kandidat saingannya. Jumlah pemilih yang hadir hanya 48 persen, jumlah terendah sejak Revolusi 1979.
Baca juga: Ebrahim Raisi, Tokoh Konservatif Diunggulkan di Pilpres Iran 18 Juni 2021
Dianggap Ekstremis
Dilansir BBC.com, seorang juru bicara kementerian luar negeri Israel, Lior Haiat, mengatakan Raisi adalah presiden Iran terpilih yang paling ekstrem.
Haiat juga memperingatkan bahwa pemimpin baru itu pasti akan meningkatkan aktivitas nuklir Iran.
Iran dan Israel telah lama berada dalam "perang bayangan", yang mengakibatkan kedua negara mengambil bagian dalam aksi balas dendam, tetapi sejauh ini tetap menghindari konflik.
Namun belakangan, permusuhan antara keduanya kembali meningkat. Salah satu sumber ketegangan terbesar dipercaya adalah aktivitas nuklir Iran.
Iran menyalahkan Israel atas pembunuhan ilmuwan nuklir utamanya tahun lalu dan serangan terhadap salah satu pabrik pengayaan uraniumnya pada April.
Baca juga: Eks Kepala Mata-mata Israel Mossad Ungkap Operasi pada Iran, Pembunuhan Ilmuwan hingga Arsip Nuklir
Sementara itu, Israel tidak percaya bahwa program nuklir Iran adalah program yang murni damai. Israel yakin Iran bekerja untuk membangun senjata nuklir.